REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2009 menetapkan arsenik anorganik sebagai penyebab kanker (karsinogen). Sebuah metode baru pun dikembangkan untuk mengetahui kandungan arsenik anorganik dalam makanan atau bahan pangan yang dikonsumsi.
Arsenik anorganik adalah senyawa logam yang dapat ditemukan pada air tanah. Ini bisa beracun jika terpapar pada padi dan sumber makanan lainnya.
Dilansir dari Medical News Today, Senin (18/4), the European Committee for Standardization (CEN) meluncurkan metode baru untuk memantau kandungan arsenik anorganik dalam makanan. Metode baru ini sudah diverifikasi oleh 15 laboratorium di Eropa dan Amerika. Kini metode tersebut sudah disetujui sebagai standar analitis.
Arsenik anorganik diakui sebagai racun manusia. Hewan tidak sensitif terhadap arsenik anorganik seperti manusia. Ini mungkin karena perbedaan kemampuan penyerapan dan metilasi gastrointestinal dalam tubuh.
Tanaman mudah menyerap arsenik sehingga akan terserap ke manusia jika dimakan. Adapun dampak penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain diabetes, kanker, penyakit pembuluh darah, dan penyakit paru-paru.