REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kebutaan kornea merupakan tujuh persen dari seluruh penyebab kebutaan di Indonesia. Sebanyak 67 persen pasien infeksi kornea datang ke layanan RS Mata rujukan tertier sudah terlambat artinya dengan tingkat kebutaan.
Hampir 80 persen dari semua pasien tersebut membutuhkan pencangkokan kornea untuk menyembuhkan dan meningkatan penglihatan. "Karena itu kebutaan kornea harus mendapat perhatian dan prioritas," kata Suhardjo dari Divisi Kornea, Infeksi-Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr Sardjito di ruang pertemuan RSUP Dr Sardjito, baru-baru ini.
Menurut dia, kebutaan kornea adalah kebutaan yang reversible, artinya apabila dapat ditangani dengan optimal maka penglihatan akan kembali baik seperti semula. Kebutaan kornea berbeda dengan kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma sebagai penyebab kebutaan permanen. "Ini menjanjikan harapan besar bahwa kebutaan kornea sudah seharusnya mendapatkan perhatian dan modalitas terapi yang optimal," kata Pengurus Bank Mata DIY ini menegaskan.
Pemicu kebanyakan berupa trauma misalnya goresan ranting, daun, tanah dan pasir. Pada kornea petani berakhir infeksi korena bila tidak ditangani secara benar yang banyak disebaban oleh jamur termasuk Aspergilus, Fusarium, Candida dan dan kadang bakteri termasuk Pseudomonas, Stafilokokus, Streptokokus, Niseria dan kadang-kadang Protozoa khususnya Amoeba.
Lebih lanjut dia mengatakan infeksi kornea karena jamur membutuhkan waktu di atas rata-rata lima minggu perawatan dengan hasil penglihatan yang kurang, walaupun tidak sakit. Infeksi kornea oleh bakteri berjalan lebih cepat bahkan dalam beberapa hari mampu menimbulkan seluruh kornea menjadi keruh dan bahkan diikuti dengan penghancuran kornea sehingga dimasukkan kelompok gawat darurat kornea, sehingga harus ditambal dengan kornea atau pencangkokan kornea darurat.
Untuk menanggulangi kebutaan kornea perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran untuk berkolaborasi, bersinergi bersama-sama dan salah satu langkah nyata dengan bersedia untuk menjadi donor kornea, tuturnya.