Senin 05 Sep 2016 14:16 WIB

Makan di Atas Pukul Tujuh Malam Tingkatan Risiko Serangan Jantung?

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Jamuan makan malam
Foto: rudeguitar.com
Jamuan makan malam

REPUBLIKA.CO.ID, Peringatan bahaya makan di malam hari sepertinya sudah sering dikampanyekan. Tulisan para ahli kesehatan juga sudah bertebaran di ranah manapun. Namun sejumlah orang masih belum mampu meninggalkan kebiasaan makan di atas pukul tujuh malam ini.

Ahli kesehatan menyarankan, seseorang agar tidak langsung tidur setelah makan malam. Setidaknya dua jam setelah makan, peringatan itu masih sangat berlaku. Makan malam memiliki dampak siginifikan terhadap tekanan darah saat malam hari. Bahkan, dokter mengingatkan, makan terlalu larut malam menyebabkan jutaan rakyat Inggris harus menderita penyakit serangan jantung.

Makan malam sebelum dua jam menuju waktu tidur dapat menempatkan tubuh pada level 'siaga tinggi'. Sebab, tekanan darah tidak turun sebagaimana biasanya dalam waktu semalam. Kondisi ini tentu mampu meningkatkan risiko ke jantung

Seperti dilansir laman Independent Ahad (4/9), para ahli merekomendasikan agar orang dewasa makan malam sebelum pukul tujuh. Momen ini membantu tubuh untuk beristirahat dan memperingatkan kegiatan tersebut memiliki dampak lebih besar pada kerusakan jantung.

Para ahli jantung dari Universitas Turki telah meneliti lebih dari 700 pria dan wanita yang tekanan darahnya tinggi. Penelitian ini untuk mengetahui apakah tekanan darahnya itu disebabkan karena perbedaan waktu makan dan konsistensi mereka dalam diet.

Setelah diteliti, makan malam ternyata memiliki dampak yang paling signifikan pada tekanan darah saat malam hari. Hampir 25 persen dari mereka yang makan malam dalam waktu dua jam untuk pergi ke tempat tidur tidak mengalami penurunan darah semalam. Hasilnya berbeda apabila dibandingkan dengan 14,2 persen yang waktu makannya lebih awal.

Perwakilan Asosiasi Professor Kardiologi di Universitas Dokuz Eylul di Imir, Ebru Ozpelit mengatakan, kehidupan moderen menyebabkan waktu makan sebagian masyarakat tidak menentu. “Kita harus menentukan frekuensi ideal dan waktu malam karena bagaimana kita makan malam kemungkinan sama pentingnya dengan apa yang kita makan,” kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement