Ahad 07 Jul 2024 18:08 WIB

Peneliti Rancang Tes Sederhana untuk Deteksi Risiko Serangan Jantung

Serangan jantung sering kali terjadi secara tiba-tiba.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang terkena serangan jantung (ilustrasi). Baru-baru ini, pencitraan arteri jantung yang canggih diklaim sangat efektif dalam menemukan tanda-tanda awal penyakit.
Foto: www.freepik.com
Seseorang terkena serangan jantung (ilustrasi). Baru-baru ini, pencitraan arteri jantung yang canggih diklaim sangat efektif dalam menemukan tanda-tanda awal penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit jantung menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, yang sering kali menyerang tanpa peringatan. Meskipun beberapa faktor seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan diabetes dapat meningkatkan risiko, namun mengidentifikasi siapa yang benar-benar berisiko mengalami serangan jantung sangat sulit.

Secara tradisional, dokter mengandalkan tes darah dan kalkulator risiko yang rumit. Baru-baru ini, pencitraan arteri jantung yang canggih diklaim sangat efektif dalam menemukan tanda-tanda awal penyakit. Namun, pemindaian ini mahal, melibatkan paparan radiasi, dan tidak dapat dilakukan pada semua orang.

Baca Juga

Lalu hadirlah Swedish CardioPulmonary BioImage Study (SCAPIS), sebuah proyek penelitian ambisius yang telah memindai jantung lebih dari 30 ribu orang Swedia yang berusia antara 50 dan 64 tahun. Dengan menggunakan data yang sangat berharga ini, para peneliti mengembangkan kuesioner sederhana yang dapat mengidentifikasi orang-orang dengan penumpukan plak di arteri jantung, tanpa tes atau kunjungan dokter. Penumpukan plak tersebut di kemudian hari dapat memicu penyumbatan.

Kuesioner ini menanyakan 14 pertanyaan yang mudah dijawab, termasuk usia, jenis kelamin, berat badan, riwayat merokok, dan apakah mengonsumsi obat untuk tekanan darah atau kolesterol. Hebatnya, alat self-report ini diklaim memiliki kinerja yang hampir sama baiknya dengan penilaian klinis yang lebih komprehensif. Hasilnya, kuesioner self-report tersebut dengan tepat mengidentifikasi sekitar 65 persen orang yang memiliki penumpukan plak sedang hingga berat di arteri jantung mereka. Tingkat plak ini dikaitkan dengan risiko serangan jantung yang jauh lebih tinggi di masa depan.

"Serangan jantung sering kali terjadi secara tiba-tiba," kata Goran Bergstrom, Profesor Fisiologi Klinis di Sahlgrenska Academy, University of Gothenburg, dilansir Study Finds, Jumat (5/7/2024).

"Banyak dari mereka yang menderita serangan jantung tampaknya sehat dan tidak menunjukkan gejala, tetapi memiliki timbunan lemak di arteri koroner, yang dikenal sebagai aterosklerosis. Tes kami memungkinkan untuk mengidentifikasi hampir dua pertiga orang berusia 50-64 tahun yang memiliki aterosklerosis koroner yang signifikan dan oleh karena itu berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular,” kata Bergstrom.

Para peneliti berharap kuesioner ini bisa segera diterapkan dalam sebuah aplikasi smartphone. Orang-orang dengan skor tinggi kemudian dapat diundang untuk melakukan evaluasi yang lebih menyeluruh, termasuk pemindaian jantung. Pendekatan yang ditargetkan ini dapat mengarah pada intervensi lebih awal bagi mereka yang paling berisiko, yang berpotensi menyelamatkan nyawa dan mengurangi beban penyakit jantung secara keseluruhan.

Menurut Bergstrom, alat ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan kunjungan dokter atau pemeriksaan kesehatan lainnya. Sebaliknya, alat ini menawarkan langkah pertama yang sederhana untuk mengidentifikasi siapa yang paling diuntungkan dari evaluasi yang lebih intensif.

“Penting juga untuk diingat bahwa skor yang rendah tidak menjamin Anda terbebas dari risiko penyakit jantung-ini hanya berarti risiko Anda lebih rendah berdasarkan faktor-faktor tertentu,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement