REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim dokter RSAB Harapan Kita berhasil melakukan operasi pemisahan terhadap sepasang bayi kembar siam dengan jenis craniopagus (dempet kepala) yang terhitung langka. Proses operasi pemisahan bayi kembar siam ini membutuhkan waktu 28 jam dan terbagi dalam dua tahap.
"Kami bersyukur telah berhasil melakukan operasi pemisahan bayi kembar siam Craniopagus," ujar Direktur Medik dan Keperawatan RSAB Harapan Kita Dr dr Didi Danukusumo SpOG(K) saat ditemui di RSAB Harapan Kita, Kamis (9/2).
Kedua bayi kembar siam, Rafky Setia Sumita dan Rifky Setia Sumita, dilahirkan pada 23 Oktober lalu di RS Kartika Husada Bekasi dan langsung dirujuk ke RSAB Harapan Kita. Tantangan yang cukup sulit dalam melakukan operasi ini ialah kondisi pembuluh darah Rafky dan Rifky yang saling bersilang atau menyatu. Sedangkan kondisi otak kedua bayi masih memiliki batasan yang bisa disusuri dengan mikroskop untuk dipisahkan menjadi dua.
Agar operasi ini dapat berjalan baik, RSAB Harapan Kita membentuk tim khusus yang diketuai oleh dr Alexandra SpBA. Tim khusus ini terdiri dari tim bedah saraf, tim Pediatric Intensive Care Unit (PICU), tim anastesi, tim bedah plastik tim peri operatif, tim perinatologi dan beberapa tim pendukung lain. Selain melibatkan dokter-dokter spesialis dari RSAB Harapan Kita, dokter-dokter spesialis dari beberapa rumah sakit lain juga turut dilibatkan seperti spesialis bedah saraf dan spesialis anastesi dari RS Cipto Mangunkusumo, beberapa spesialis bedah plastik dari RSPAD Gatot Subrotodan, RS Kanker Dharmais dan RS St Carolus.
"Didukung oleh 70 orang dokter dan 25 penunjang, perawat, karena masalah bukan hanya pada operasi, tapi mulai dari persiapan hingga memastikan kemampuan pasien bisa dioperasi," kata koordinator tim bedah saraf dr Syamsul Ashari SpBS.
Syamsul mengatakan total waktu 28 jam yang dibutuhkan untuk melakukan operasi pemisahan bayi Rafky dan Rifky dinilai cukup berisiko karena terlalu lama. Dengan mempertimbangkan faktor keamanan, operasi pemisahan dilakukan dalam dua tahap.
Operasi pertama dilakukan pada 2 Februari lalu, yaitu setelah kedua bayi mendapatkan perawatan secara intensif selama tiga bulan. Operasi yang berlangsung selama 10 jam ini dilakukan oleh 17 dokter spesialis serta 15 perawat kamar operasi. Operasi tahap pertama ini dilakukan untuk membuka sisi belakang untuk dipisahkan. Setelah operasi tahap satu selesai, Rafky dan Rifky kembali dimasukkan ke ruang ICU dalam keadaan ditidurkan agar proses pembiusan operasi tahap kedua lebih cepat.
Operasi tahap kedua dilakukan pada 4 Februari lalu dengan tim dokter yang sama. Operasi tahap dua ini membutuhkan waktu lebih lama, yaitu 18 jam, karena tim dokter harus memisahkan tulang bagian depan dan memisahkan kedua kepala bayi serta merekonstruksi kulit kepala kedua bayi.
Koordinator tim peri operatif, Dr dr Tinuk Agung Meilany SpA(K) mengatakan saat ini kedua bayi masih dalam perawatan di ruang ICU anak. Kondisi kedua bayi saat ini sudah stabil.
"Ke depannya, pascaoperasi, perlu dilakukan persiapan seperti bagaimana tumbuh kembangnya dan hal-hal mendukung lainnya," jelas Tinuk.
Terkait biaya, orang tua dari Rafky dan Rifky mendapat bantuan dari jaminan BPJS untuk proses perawatan serta tindak operasi. Sedangkan selisih biaya yang tidak termasuk dalam paket BPJS dipenuhi oleh RSAB Harapan Kita.