Jumat 06 Oct 2017 12:15 WIB

Perbedaan Penanganan Pertama Serangan Jantung dan Stroke

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Pasien penderita stroke saat dirawat di sebuah rumah sakit.
Foto: dok.Republika
Pasien penderita stroke saat dirawat di sebuah rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit jantung koroner (PJK) dan strok merupakan dua penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian terbesar di Indonesia. Penderita PJK dan strok yang mengalami serangan harus segera mendapatkan penanganan medis demi mendapatkan hasil terapi yang lebih baik.

"Kalau tidak ditolong, dia makin lama makin jelek (kondisinya)," kata Ketua Pokja Kardiologi Wanita PERKI Dr dr Antonia Anna Lukito SpJP(K) FIHA FSCAI FAPSIC usai menghadiri peluncuran platform image-guided therapy Philips Azurion di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selain mendapatkan penanganan medis dari tenaga kesehatan dengan cepat, penting bagi penderita PJK dan strok untuk mendapatkan pertolongan pertama yang tepat saat serangan terjadi. Meski sama-sama berakar pada masalah pembuluh darah, serangan jantung dan strok memerlukan pertolongan pertama yang agak berbeda. Berikut ini ialah beberapa perbedaan tersebut seperti diterangkan oleh Antonia.

Aspirin

Pada serangan jantung, penderita disarankan untuk mengunyah aspirin. Alasannya, aspirin dapat mengencerkan darah dan memperlancar aliran darah ke jantung.

Penggunaan aspirin pada dasarnya juga dapat membantu penderita stroke akibat gumpalan darah (iskemik). Hanya saja, pemberian aspirin tak boleh dilakukan pada penderita stroke akibat pembuluh darah pecah (hemoragik). Karena kedua jenis stroke ini tak dapat dibedakan secara kasat mata, maka penggunaan aspirin sebagai pertolongan pertama tak dapat menjadi pilihan.

"Kalau jantung bisa. Stroke nggak boleh langsung dikasih aspirin," tegas Antonia.

Pantangan

Salah satu kesalahan umum yang kerap dilakukan masyarakat saat menolong orang yang mengalami stroke adalah memberikan minum. Pemberian air minum justru berisiko menyebabkan penderita stroke tersedak karena air tersebut masuk ke dalam paru-paru penderita. "(Bisa) meninggalnya karena (air) ke paru-paru," tambah Antonia

Sedangkan salah satu kesalahan pada penanganan serangan jantung adalah tidak menenangkan penderita. Orang yang baru saja mengalami serangan jantung harus dijaga agar tidak merasa panik dan gelisah.

Kondisi panik dan gelisah dapat meningkatkan kebutuhan oksigen si penderita serangan jantung meningkat. Padahal, pasokan darah yang membawa oksigen ke jantung sedang terganggu. "Makin panik makin luas (kerusakannya)," lanjut Antonia.

Golden Period

Serangan jantung memiliki golden period atau periode emas yang sedikit lebih lama dibandingkan stroke. Pada kasus stroke, periode emas yang dimiliki penderita hanya berkisar 1,5-2 jam.

Meski ada sedikit perbedaan durasi periode emas, bukan berarti serangan jantung boleh diabaikan sedikit lebih lama. Semakin lama serangan jantung dan stroke tidak tertangani, semakin besar pula area kerusakan otot jantung maupun otak yang terjadi. Otot jantung maupun otak yang sudah terlanjur rusak tak dapat dikembalikan ke kondisi seperti sedia kala. "Prinsipnya time is muscle," jelas Antonia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement