REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cara orang tua memuji anak memiliki makna mendalam bagi pola pikir dan tumbuh kembang yang pada gilirannya menentukan jalan mereka menuju kesuksesan. Banyak orang tua melakukan kesalahan ketika memberi pujian pada anak.
Dilansir dari Psychology Today, Jumat (9/2), psikolog sosial dari Stanford University, Carol Dweck menghabiskan sebagian besar karier dan risetnya untuk memelajari pola pikir anak. Dia menemukan dua pola pikir dasar yang memengaruhi cara kemampuan dan karakter anak.
Pertama, pola pikir tetap (fixed mindset) yang memercayai bahwa karakter, kecerdasan, kemampuan, dan kreativitas adalah bakat bawaan atau genetik yang tidak bisa diubah. Contoh kasusnya, Anda percaya bahwa anak pintar karena orang tuanya berpendidikan tinggi, anak lincah berolah raga karena orang tuanya atlet.
Kedua, pola pikir bertumbuh (growth mindset) yang meyakini bahwa kemampuan dan kualitas diri adalah satu hal yang bisa ditingkatkan. Seorang yang gagal bukan berarti orang itu tidak cerdas. Anak yang dididik dengan pola pikir ini biasanya berkeinginan meningkatkan kemampuan, melalui usaha, bermacam strategi, dan bimbingan dari orang lain.
Kedua pola pikir di atas memengaruhi cara seseorang melihat kesuksesan dan kegagalan. Anak yang dibesarkan dengan pola pikir tetap mudah dikalahkan oleh kegagalan. Mereka menghindar dari tantangan karena tak ingin tampak buruk atau melakukan kesalahan.
Anak yang dibesarkan dengan pola pikir bertumbuh cenderung pantang menyerah. Ketika mereka gagal, mereka tidak melihat diri mereka melakukan kegagalan. Mereka percaya bahwa kegagalan dan kesalahan adalah masalah yang bisa dipecahkan.
Bagaimana pujian memengaruhi pola pikir anak?
Dweck dan rekannya, Claudia Mueller memberi sekelompok siswa kelas lima serangkaian pertanyaan sulit dalam tes IQ. Semua anak dipuji atas penampilan mereka yang bagus secara keseluruhan.
Separuh dari mereka dipuji karena kecerdasan mereka, seperti kalimat, "Wow, nilai Anda sangat bagus. Anda pasti anak pintar!" Separuh anak lainnya dipuji karena usahanya, "Wow, nilai Anda sangat bagus. Anda pasti rajin belajar."
Anak-anak yang terlalu sering dipuji karena kecerdasan mengembangkan pola pikir tetap. Ketika mereka mengalami kegagalan dan menghadapi hal yang benar-benar sulit, mereka bisa kehilangan motivasi dan memilih cara aman dengan tidak mengambil risiko.
Sebaliknya, anak-anak yang dipuji karena usaha atau kerja keras mereka akan mengembangkan pola pikir bertumbuh. Mereka menjadi anak gigih dan tidak takut gagal.
Bagaimana cara mengembangkan pola pikir bertumbuh?
Menurut Dweck, pujilah anak karena usaha atau proses yang telah mereka jalani. Contoh pujiannya, seperti di bawah ini: "Akhirnya kamu bisa naik sepeda sendiri. Ibu melihat betapa kerasnya usahamu mencoba setiap hari sampai berhasil seperti sekarang."
"Wah, lukisanmu indah. Ibu suka caramu bereksperimen dengan warna-warna berbeda."
"Ibu melihat betapa rajinnya kamu belajar menghadapi ujian Bahasa Inggris kali ini. Usahamu terbayar sudah."
Ketika anak gagal, doronglah anak untuk terus belajar dan bangkit dari pengalaman. Contoh kalimatnya, seperti di bawah ini:
"Kamu tak bisa membuat lukisan terbaik hanya dengan satu kali latihan. Teruslah berlatih. Semakin sering kamu melukis, semakin kamu menjadi pelukis yang handal."
"Ibu tahu kamu rajin belajar untuk ujian kali ini. Mari kita cari strategi belajar baru untuk menghasilkan nilai lebih baik lagi."
Dweck menyimpulkan cara terbaik bagi orang tua membesarkan anak sampai sukses adalah mengajari mereka supaya menyukai tantangan, belajar dari kesalahan, menikmati proses usaha, mencari strategi baru, dan tak henti belajar.