Kamis 28 Jun 2018 16:00 WIB

Kenali 3 Gejala Ablasio Retina yang Jarang Disadari

Ablasio retina bila tak ditangani bisa menyebabkan buta permanen

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemilik mata minus tinggi disarankan memeriksa retinanya tiap enam bulan sekali untuk menghindari putusnya syaraf mata.
Foto: wikipedia
Pemilik mata minus tinggi disarankan memeriksa retinanya tiap enam bulan sekali untuk menghindari putusnya syaraf mata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ablasio retina merupakan kondisi lepasnya struktur neurosensori retina dari struktur penunjang di bawahnya yaitu Retinal Pigment Epithelium (RPE). Jika tidak ditangani dengan segera, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan hingga kebutaan permanen.

"Jenis ablasio retina regmatogen (didahului robekan retina) kasusnya paling banyak," ungkap Direktur RS Mata Primasana Tanjung Priok dr Cosmos O Mangunsong SpM saat ditemui dikantornya, beberapa waktu lalu.

Cosmos mengatakan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan risiko ablasio retina menjadi lebih tinggi pada seseorang. Faktor-faktor risiko ini antara lain adalah riwayat benturan, usia lanjut dan minus yang tinggi pada mata.

Minus yang tinggi dan usia lanjut menyebabkan retina menjadi semakin tipis sehingga lebih rentan terhadap robekan."Kita katakan minus tinggi itu di atas minus 4," lanjut Cosmos.

Salah satu gejala awal dari ablasio retina adalah kemunculan floaters pada lapang pandang. Floater ini terlihat seperti bayang-bayang, nyamuk hingga cacing yang berterbangan di lapang pandang. Berbeda dengan floaters yang disebabkan oleh kurang tidur, floaters yang menjadi gejala ablasio retina biasanya tidak akan hilang meski mata sudah diistirahatkan dan dibawa tidur.

Akan tetapi, masyarakat awam tidak dapat membedakan floaters yang disebabkan oleh kurang tidur dan floaters yang menjadi tanda awal mulai adanya robekan pada retina. Masyarakat sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter ahli retina jika floaters yang dialami tidak menghilang setelah berhari-hari.

"Floaters adalah gejala awal yang harus segera disadari untuk kasus emergensi," sambung Cosmos.

Gejala lain dari ablasio retina adalah fotopsia atau kilatan cahaya. Banyak yang menggambarkan fotopsia seperti sensasi terpapar cahaya ketika difoto dengan kamera yang menggunakan blitz.

Pada awalnya, gejala fotopsia mungkin hanya terjadi sesekali saja. Seiring berjalannya waktu, gejala fotopsia akan terjadi semakin sering."Kalau sudah melihat kilatan cahaya, jangan menunggu besok (untuk ke dokter), harus segera datang," jelas Cosmos.

Ablasio retina yang tidak tertangani akan menunjukkan gejala yang lebih berat yaitu lapang pandang tertutup oleh 'tirai hitam'. 'Tirai hitam' ini sebenarnya adalah retina yang sudah copot dan menutupi sebagian lapang pandang pasien.

Cosmos mengatakan kasus retina yang copot merupakan kondisi emergensi yang perlu mendapatkan penanganan segera. Pasien harus segera menjalani operasi dalam waktu satu minggu setelah diagnosis ditegakkan. Di Singapura, pasien yang sudah mendapatkan diagnosis bahkan harus segera menjalani operasi di hari yang sama.

"Karena, bayangkan kalau saraf copot dan tidak mendapatkan makanan, dia akan mati dengan segera," terang Cosmos. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement