REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut data yang dirilis oleh American Academy Of Ophtalmology atau persatuan dokter spesialis mata di Amerika menyebutkan bahwa pada tahun 2050 nanti akan ada sekitar 4.758 juta jiwa atau 49,7 persen dari populasi dunia mengalami mata minus atau miopia. Meningkatnya kasus miopia ini disebut sebagai Myopia Booming.
Pascapandemi Covid-19 kemarin, banyak anak usia sekolah yang terindikasi memiliki gangguan penglihatan, baik itu mata minus maupun silinder, hal ini bisa dilihat dari data pemeriksaan mata yang dilakukan VIO Optical Clinic selama periode bulan September - Oktober 2022 di beberapa sekolah di wilayah Jabodetabek.
Tujuan dari pemeriksaan mata yang dilakukan adalah selain untuk mendeteksi masalah kesehatan mata pada anak usia sekolah, VIO Optical Clinic juga mengadakan seminar edukasi tentang peran penting orang tua untuk aware terhadap masalah Myopia Booming dan lebih peduli terhadap kesehatan mata anak dengan cara melakukan pemeriksaan mata sedini mungkin.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap 2.322 orang pada rentang usia tujuh tahun hingga 12 tahun didapatkan data bahwa terdapat sekitar 50 persen anak usia sekolah dasar belum pernah melakukan pemeriksaan mata dan hampir 70 persen dari partisipan mengalami gangguan penglihatan seperti mata minus dan silinder, hal itu melebihi prediksi American academy of Ophtalmology pada tahun 2016 silam, mengenai myopia booming sebelum adanya pandemi.
“Perlu diketahui bahwa kondisi miopia atau minus dapat menurunkan kualitas hidup seseorang, selain itu kondisi miopia atau mata minus juga dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mata penderitanya," kata dokter spesialis mata dr Weni Puspitasari Sp.M, seperti dilansir pada Rabu (10/1/2023)
Apa itu mata minus?
Mata minus adalah kondisi yang terjadi yang mana bentuk bola mata tidak bulat sempurna, kondisi ini menyebabkan jatuhnya cahaya berada didepan retina mata sehingga menyebabkan orang dengan kondisi miopia atau mata minus mengalami kesulitan untuk melihat objek pada jarak jauh. Dikutip dari American Optometric Association , Myopia atau rabun jauh adalah sebuah kondisi yang menyebabkan sesorang bisa melihat objek pada jarak dekat dengan baik sedangkan tidak bisa melihat objek pada jarak jauh.
Ada banyak faktor yang penyebab kondisi mata minus, menurut dr Weni Puspitasari Sp.M dokter spesialis mata dari VIO Optical Clinic menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga faktor.
Pertama, faktor genetik yang diturunkan dari orang tua dengan kondisi mata minus pada anak. Kedua, faktor kebiasaan melihat gawai pada jarak dekat secara terus- menerus dalam jangka waktu yang lama. Ketiga, faktor kurangnya pajanan sinar matahari yang disebabkan oleh kurangnya aktifitas iluar ruanga.
Selain itu dokter Weni Puspitasari Sp.M pun menyatakan kondisi mata minus bisa terjadi hanya pada salah satu mata, sehingga seringkali banyak orang tidak menyadari bahwa mereka melihat hanya menggunakan salah satu mata saja. "Kondisi ini tentu berbahaya apabila terjadi trauma pada salah satu mata yang normal maka kemungkinan seseorang akan mengalami kesulitan untuk melihat sehingga dokter Weni pun berpesan agar kita rutin melakukan pemeriksaan mata setidaknya minimal satu tahun sekali," kata Weni.
Pemeriksaan mata di beberapa sekolah di Jabodetabek dan Bandung akan terus dilakukan tim ahli kesehatan mata VIO Optical Clinic sepanjang tahun 2023, selain untuk mendapatkan data terbaru mengenai prevalensi kenaikan miopia di Indonesia atau secara khusus wilayah Jabodetabek, juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat umum tentang pentingnya menjaga kesehatan mata untuk menghambat terjadinya myopia booming di Indonesia.