REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Para peneliti mengungkapkan limbah makanan akan meningkat hampir sepertiganya pada 2030. Hal itu terjadi ketika lebih dari dua miliar ton makanan dibuang ke tempat sampah.
Menurut penulis studi Esben Hegnsholt, sekitar sepertiga makanan dunia hilang atau dibuang setiap tahun. “Saat ini kami menghabiskan 1,6 miliar ton makanan setiap tahun, senilai sekitar 1,2 triliun dolar AS,” ujar Hegnsholt, dikutip dari Malay Mail, Rabu (22/8).
Sebagian besar dari peningkatan limbah tersebut karena jumlah penduduk dunia yang membengkak dan menghasilkan lebih banyak limbah. Limbah rumah tangga akan meningkat di negara-negara berkembang karena konsumen lebih banyak membuang pendapatan.
Dalam laporan itu teridentifikasi adanya lima perubahan utama yang dapat menghemat hampir 700 miliar dolar AS untuk makanan yang hilang. Hal itu di antaranya, lebih banyak kesadaran di kalangan konsumen, peraturan yang lebih kuat, efisiensi rantai pasokan yang lebih baik, dan kolaborasi di sepanjang rantai produksi makanan.
Direktur Program Pengurangan Limbah Makanan di World Resources Institute, Liz Goodwin mengatakan laporan itu mengangkat masalah serius tetapi disederhanakan beeberapa solusi.
“Ini terhubung dengan cara hidup kita berubah dan fakta bahwa makanan sekarang jauh lebih murah,” kata Goodwin.
Selain itu juga disebabkan permintaan yang meningkat akan kenyamanan dan kurangnya keterampilan memasak di kalangan generasi muda. Selanjutnya ia yakin langkah-langkah mengurangi pemborosan akan berdampak dan setidaknya memenuhi target pengurangan 50 persen limbah makanan pada 2030.
Konsumen, bisnis, dan regulator harus memainkan peran dalam mendorong perubahan. “Kami membutuhkan perubahan terhadap pemborosan makanan. Saya pikir kami harus sampai pada titik tidak membuang makanan di tempat sampah,” ujarnya.