Kamis 13 Sep 2018 15:55 WIB

80 Persen Pasien Kelainan Jantung dari Keluarga Miskin

Penyebab kelainan jantung antara lain malnutrisi, infeksi, hingga asap rokok.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Perhimpunan Dokter Bedah Jantung Indonesia, Prof Paul Tahalele.
Foto: Neni Ridarineni.
Ketua Perhimpunan Dokter Bedah Jantung Indonesia, Prof Paul Tahalele.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kasus kelainan jantung bawaan di Indonesia tercatat cukup tinggi yakni 10 per 1.000 kelahiran bayi hidup atau satu persen dari kelahiran bayi hidup. Adapun pasien anak yang mengalami kelainan jantung kongenital paling banyak berasal dari masyarakat bawah yakni sekitar 70-80 persen.

‘’Bayi yang mengalami kelainan bawaan itu ada yang jantungnya bocor, ada yang pembuluh darah sempit atau tidak ada pembuluh darah dari jantung ke paru-paru, pembuluh darah belok dan yang berat disebut penyakit jantung bawaan biru," kata Ketua Perhimpunan Dokter Bedah Jantung Indonesia, Prof Paul Tahalele, pada Republika.co.id, usai audiensi dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Gedhong Wilis Kepatihan, Yogyakarta.

Pertemuan tersebut dalam rangka memohon izin kepada Gubernur DIY terkait rencana 28 th Annual Meeting of ATCSA (Association of Thoracic and Cardiovascular Surgeons of Asia) atau Kongres Ahli Bedah Thorax dan Jantung ke-28 se Asia. Pada kesempatan ini juga akan diselenggarakan Kongres Ahli Bedah Jantung Indonesia, serta Kongres Perawat Jantung yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada 25-27 Oktober 2018.    

Lebih lanjut Tahalele mengatakan banyak kasus kelainan jantung bawaan yang harus segera ditangani dengan operasi, tetapi tidak bisa segera ditangani karena rumah sakit di Indonesia yang mempunyai peralatan bedah jantung sangat terbatas. Diperkirakan dalam satu tahun ada sekitar 25 ribu kasus kelainan jantung yang harus dioperasi oleh ahli bedah jantung.

‘’Untuk satu unit faslitas operasi jantung  yang kecil dengan peralatan yang lengkap biayanya sekitar Rp  19 miliar,’’ ungkapnya. 

Di Indonesia, papar dia, rumah sakit yang paling besar untuk menangani operasi jantung yakni RS Jantung Harapan Kita. Di rumah sakit tersebut dalam satu tahun bisa melakukan operasi jantung sekitar 2.000-2.500 pasien. Sebanyak 1.500 pasien di antaranya merupakan bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan. 

Sementara itu, menurut Spesialis Bedah Jantung RSUP Dr Sardjito, Supomo, di DIY hanya ada satu rumah sakit yaitu RSUP Dr Sardjito dan dalam setahun hanya mampu melakukan operasi jantung sekitar 150 pasien. Pasien yang akan operasi jantung harus menunggu 2-3 bulan baru bisa dioperasi.

Ia menegaskan, pasien anak yang mengalami kelainan jantung kongenital paling banyak dari masyarakat bawah yakni sekitar 70-80 persen. Sementara BPJS tidak bisa mengcover operasi kelainan jantung bawaan secara penuh. ‘’Ini yang menjadi masalah. Penyebab kelainan jantung kongenital antara lain malnutrisi, infeksi, hingga asap rokok".

Adapun jumlah ahli bedah jantung di Indonesia saat ini sekitar 135 dokter yang tergabung dalam Ahli Bedah Jantung Indonesia. Tetapi hanya separuhnya (60 dokter) yang aktif melakukan operasi jantung. Ia berharap ditambahnya fasilitas operasi bedah jantung di rumah sakit, agar kelainan jantung bawaan di Indonesia bisa segera diatasi.

Karena itu Supomo yang juga sebagai ketua 28th Annual Meeting of ATCSA mengatakan dalam kongres nanti juga akan dibicarakan tentang program pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan yang ingin membangun 14 Pusat Bedah Jantung di Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement