Rabu 07 Nov 2018 16:34 WIB

1.000 Siswa SD di DIY Jalani Skrining Jantung

Intervensi kelainan jantung bawaan perlu waktu lama.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembayun Setjaningastuti.
Foto: Neni Ridarineni.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembayun Setjaningastuti.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekitar 1.000 siswa SD kelas I se DIY menjalani skrining jantung. Hal ini untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan jantung pada anak-anak, terutama anak perempuan.

“Yang melatarbelakangi hal itu karena sebagian besar (sekitar 30 persen) angka kematian ibu pada 2017 karena penyakit jantung. Dari 34 kematian ibu melahirkan di DIY sekitar 10 ibu di antaranya disebabkan oleh penyakit jantung,” kata Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setjaningastutie.

Skrining ini dilakukan oleh RSUP Dr Sardjito/Fakultas Kedokteran UGM bagian jantung bekerja sama dengan puskesmas di DIY. “Mudah-mudahan, November ini hasilnya sudah bisa diketahui. Dari data tersebut diharapkan kita bisa mengintervensi bila didapatkan ada kelainan jantung pada anak perempuan,” ujarnya.

Menurut dia, apabila gejala penyakit jantung sudah diketahui sejak dini, harus dikelola dengan baik. Sehingga, nantinya pada saat melahirkan tidak mengalami masalah lagi.

"Karena kondisi jantungnya sudah dikelola sejak awal. Kalau kelainan jantungnya diketahui setelah mau menikah maka sudah terlambat mengintervensinya," katanya.

Lebih lanjut, Pembayun mengatakan, jika penyakit jantung diketahui pada anak-anak, biasanya dia mengalami kelainan jantung bawaan. Karena itu, untuk intervensi kelainan jantung bawaan ini perlu waktu lama.

Sehingga, bila dilakukan intervensi lebih awal maka hasilnya akan lebih baik. Dan, ia menambahkan, bila yang bersangkutan hendak menikah dan punya anak dia sudah sadar dengan kondisi-kondisi tertentu. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement