REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah riset baru di Amerika menemukan satu dari sepuluh orang memiliki alergi makanan. Sedangkan dua kali lipat dari angka itu salah mengira mereka menderita alergi makanan.
Para peneliti menyurvei lebih dari 40 ribu orang dewasa yang tinggal di seluruh penjuru Amerika. Temuannya sepuluh persen dari mereka alergi pada salah satu atau lebih makanan, 19 persennya dilaporkan alergi pada makanan tertentu tapi mereka tak menunjukan reaksi fisik sebagaimana penderita alergi. Hasil ini membuat peneliti menduga ada orang yang salah menginterpretasikan reaksi alergi.
"Dalam kejadian itu, yang mereka rasakan bisa saja sebenarnya intoleransi terhadap makanan bukan disebut respons alergi," kata peneliti utama, Dr. Ruchi Gupta seperti dilansir dari Live Science, pada Sabtu, (5/1).
Ia menjelaskan reaksi alergi ialah respons sistem imun terhadap pemicu yang dipersepsikan sebagai ancaman bagi tubuh. Misalnya ketika sebagian orang makan kacang atau susu, ada yang menunjukan reaksi pada tubuhnya untuk menghentikan makan. Bentuk alergi bisa berupa gatal, rasa panas dan rasa sakit di perut.
"Bahkan dalam kondisi parah, alergi makanan sampai membuat tekanan darah rendah dan berakibat fatal bila tidak ditangani," ujarnya.
Ia menyebut kerang jadi salah satu makanan yang menimbulkan reaksi alergi di Amerika. Sekitar tujuh juta orang dewasa merasakan alergi terhadap kerang. Sedangkan alergi susu dan kacang masing-masing sekitar lima juta orang. Penyebab alergi atau alergen lainnya diantaranya ikan, telur, kecap atau gandum.
"Alergi bisa diturunkan atau muncul sendirinya tanpa diduga," kata Ruchi.