Senin 18 Feb 2019 09:12 WIB

Cinta Memicu Kesehatan Jantung yang Lebih Baik

Sebuah penelitian menemukan pernikahan sebagai pelindung terhadap penyakit jantung.

Rep: MGROL116/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi cinta.
Foto:

Dampak sedih atau patah hati

Sayangnya, dampak cinta pada jantung bekerja secara terbalik. "Orang-orang yang dalam hubungan tanpa cinta atau sulit dengan pasangan atau anak-anak mereka atau yang tidak bahagia di tempat kerja dan dalam kehidupan, cenderung lebih banyak menderita penyakit jantung," kata Jauhar.

Dia juga mengatakan, depresi cenderung menyebabkan lebih banyak peradangan pembuluh darah. Ini meningkatkan pembekuan darah. Sebagian besar serangan jantung disebabkan pembekuan darah di pembuluh darah.

Penelitian telah menunjukkan risiko serangan jantung meningkat untuk pria dan wanita yang mengalami banyak perceraian, dengan wanita menghadapi risiko tertinggi. Wanita yang bercerai dua kali memiliki risiko 77 persen lebih tinggi mengalami serangan jantung.

Laki-laki yang bercerai dua kali memiliki risiko 30 persne, tetapi risiko itu akan hilang ketika mereka menikah kembali. Sedangkan wanita yang menikah lagi masih berisiko tinggi.

"Bahaya serangan jantung adalah risiko tertinggi di tahun pertama setelah putusnya hubungan romantis," ujar Jauhar.

Jika seseorang tanpa dukungan sosial yang memadai mengalami serangan jantung, ada risiko kematian yang lebih tinggi dan pemulihan yang lebih lama. Putus cinta juga  dapat menghancurkan perasaan Anda.

"Ada entitas menarik yang disebut sindrom patah hati," kata Jauhar.

Jantung sebenarnya berubah bentuk sebagai respons terhadap gangguan emosional akut, seperti setelah putusnya hubungan romantis atau kematian orang yang dicintai.

Dikenal sebagai kardiomiopati akibat stres, kondisi ini menyerang sebagian besar wanita. Ini terjadi ketika jantung menghadapi stres akut yang tiba-tiba dan ventrikel kirinya melemah.

lih-alih berkontraksi menjadi bentuk seperti panah normal, ventrikel kiri gagal berfungsi, menciptakan bentuk yang lebih bulat seperti pot. Pertama kali dijelaskan pada tahun 1990 di Jepang, patah hati terlihat seperti perangkap gurita Jepang yang disebut takotsubo sehingga dokter mulai menyebut kondisi Takotsubo kardiomiopati.

"Sekarang, dalam banyak kasus, ketika tekanan emosional akut hilang, jantung pulih dan kembali ke bentuk normal," kata Jauhar.

Tetapi dia memiliki pasien yang menderita gagal jantung kongestif akut, aritmia yang mengancam jiwa, bahkan kematian akibat kondisi ini. Dia pikir itu adalah contoh paling jelas tentang bagaimana kehidupan emosional kita secara langsung memengaruhi jantung kita.

Cintai temanmu

Jika Anda belum memiliki romansa dalam hidup Anda, jangan putus asa. Ilmu pengetahuan sangat yakin bahan kimia pengasih dilepaskan ketika Anda merasakan kasih sayang untuk semua hal.

"Bagi sebagian orang, hubungan paling intensif dalam hidup mereka mungkin dengan anak-anak mereka atau dengan orang tua mereka atau dengan hewan peliharaan mereka," kata Jauhar.

Jadi, dia tidak berpikir tentang objek cinta, tetapi lebih kepada  perasaan kasih sayang. Memeluk seorang teman atau anggota keluarga dapat meningkatkan kadar oksitosin, hormon perasa yang membantu kita bersantai. Penelitian telah menunjukkan pelukan dapat melindungi kita dari konflik atau stres di masa depan, mungkin dengan menurunkan tekanan darah dan detak jantung.

Kesukarelawanan adalah cara lain untuk membangun ikatan yang sehat yang dapat meningkatkan suasana hati dan menangkal depresi. Ilmu pengetahuan telah menunjukkan orang yang menjadi relawan memiliki angka kematian yang lebih rendah. Mereka yang menderita penyakit kronis juga merasakan lebih sedikit rasa sakit ketika mereka membantu orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement