REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurang tidur yang cukup terbukti dalam penelitian akan meningkatkan risiko masalah serius termasuk penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu, tidur yang cukup menjadi kunci kesehatan yang baik.
Dilansir di Sciencedaily, Kamis (21/2), para peneliti Massachusetts General Hospital (MGH) telah menemukan satu cara yang melindungi tidur dari penumpukan plak arteri yang disebut aterosklerosis. Dalam makalah mereka yang dipublikasi secara daring di situs Nature, mereka menggambarkan mekanisme yang menyebabkan kurang tidur meningkatkan produksi sel darah putih inflamasi, yang dikenal sebagai kontributor utama aterosklerosis.
"Kami telah menemukan bahwa tidur membantu mengatur produksi di sumsum tulang sel radang dan kesehatan pembuluh darah. Dan, sebaliknya, gangguan tidur merusak kendali produksi sel radang, menyebabkan lebih banyak peradangan dan lebih banyak penyakit jantung," kata Filip Swirski, PhD, dari Pusat Biologi Sistem MGH, penulis senior makalah Nature.
Menurutnya, dia dan timnya juga telah mengidentifikasi mengenai bagaimana hormon di otak diketahui mengendalikan proses kontrol terjaga di sumsum tulang. Hal itu, kata dia, dapat melindungi terhadap penyakit kardiovaskular.
Tim Swirski melakukan percobaan untuk menyelidiki bagaimana tidur yang tidak cukup meningkatkan aterosklerosis. Mereka melakukannya terhadap tikus yang secara genetik diprogram untuk mengembangkan aterosklerosis dengan gangguan berulang pada tidur mereka.
Program itu mirip dengan pengalaman seseorang yang terus-menerus terbangun karena kebisingan atau ketidaknyamanan. Sementara tidak ada perubahan berat badan, kadar kolesterol atau toleransi glukosa pada tikus yang kurang tidur, dibandingkan dengan hewan dari strain yang sama yang diperbolehkan untuk tidur secara normal.
Hasilnya, mereka yang mengalami fragmentasi tidur mengembangkan plak arteri yang lebih besar. Mereka juga memiliki tingkat monosit dan neutrofil yang lebih tinggi, yaitu sel-sel inflamasi yang berkontribusi pada aterosklerosis yang ada dalam pembuluh darah mereka.
Eksperimen lebih lanjut mengungkapkan, bahwa tikus yang kurang tidur memiliki peningkatan produksi hampir dua kali lipat dalam sumsum tulang sel punca yang menimbulkan sel darah putih.
Hormon yang disebut hipokretin, diproduksi dalam struktur otak yang disebut hipotalamus dan diketahui memiliki peran dalam pengaturan tidur. Hormon itu ditemukan memainkan peran tak terduga dalam mengendalikan produksi sel darah putih.
Sementara biasanya diproduksi pada tingkat tinggi ketika hewan, termasuk manusia, bila terjaga, kadar hipokretin berkurang secara signifikan. Terutama pada tikus yang kurang tidur.
Tim MGH mengemukakan hipokretin mengatur produksi sel darah putih melalui interaksi dengan progenitor neutrofil di sumsum tulang. Temuan mereka, Neutrofil, menginduksi produksi monosit melalui pelepasan faktor yang disebut CSF-1.
Sementara, percobaan dengan tikus yang kekurangan gen untuk hipokretin menghasilkan temuan, bahwa hormon mengontrol ekspresi CSF-1, produksi monosit, dan pengembangan plak arteri.
Pada hewan yang kurang tidur, penurunan hipokretin menyebabkan peningkatan produksi CSF-1 oleh neutrofil, dan peningkatan produksi monosit dan percepatan aterosklerosis.
"Ini adalah demonstrasi langsung bahwa hypocretin juga merupakan mediator inflamasi yang penting," kata Swirski yang juga profesor Radiologi di Harvard Medical School itu.
Menurutnya, timnya sekarang perlu mempelajari jalur potensi kepada manusia. Lalu, melakukan eksplorasi mekanisme tambahan, di mana tidur yang tepat menjaga kesehatan pembuluh darah, dan mengeksplorasi lebih jauh sumbu neuro-imun yang baru diidentifikasi ini.