Senin 29 Apr 2019 12:35 WIB

Memiliki Pasangan yang Bahagia Bisa Perpanjang Umur

Studi temukan kepuasan hidup pasangan terkait risiko kematian lebih rendah.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Pasangan suami istri.
Foto: Pexels
Pasangan suami istri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memiliki pasangan yang bahagia mungkin merupakan salah satu kunci dari kelanggengan dalam berumah tangga. Namun tak hanya itu, memiliki pasangan yang bahagia mungkin juga menjadi kunci untuk umur yang lebih panjang.

Studi dalam jurnal Psychological Science mengungkapkan bahwa kepuasan hidup pasangan dapat menjadi prediktor yang baik untuk menentukan mortalitas seseorang. Kepuasan hidup pasangan bahkan dapat menjadi prediktor mortalitas yang lebih baik dibandingkan tingkat kepuasan hidup diri sendiri.

Baca Juga

Hal ini terbukti setelah tim peneliti melakukan analisis terhadap 4.400 pasangan di Amerika sebagai partisipan. Para partisipan ini berusia di atas 50 tahun.

Selama delapan tahun, para partisipan dan pasangan mereka masing-masing diminta untuk melaporkan kepuasan hidup mereka. Beberapa faktor yang dinilai berkaitan dengan mortalitas juga turut dipertimbangkan tim peneliti. Para partisipan dan pasangan masing-masing juga diminta untuk mengisi beberapa informasi lain.

Di tahun ke delapan, sebanyak 16 partisipan meninggal dunia. Para aprtisipan yang meninggal ini didominasi oleh partisipan yang berusia lebih tua, laki-laki, tingkat edukasi dan kemampuan ekonomi yang lebih rendah, kurang aktivitas fisik dan memiliki tingkat kesehatan yang lebih buruk.

Partisipan-partisipan yang meninggal dunia ini juga ternyata memiliki kepuasan dalam hubungan yang lebih rendah dibandingkan partisipan-partisipan lain yang masih hidup. Para partisipan yang meninggal dunia ini juga memiliki pasangan dengan tingkat kepuasan hidup lebih rendah. Pasangan dari para partisipan yang meninggal dunia juga memiliki kecenderungan untuk meninggal dalam waktu delapan tahun.

Dari temuan ini, tim peneliti menilai kepuasan hidup pasangan berkaitan dengan risiko kematian yang lebih rendah pada partisipan. Peningkatan risiko kematian pada partisipan yang memiliki pasangan bahagia juga berjalan lebih lambat dibandingkan partisipan yang memiliki pasangan tidak bahagia.

Seperti dilansir Indian Express, tim peneliti telah mempertimbangan beragam variabel sebelum mencapai kesimpulan ini. Beberapa di antaranya adalah variabel sosiodemografi dan kesehatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement