Sabtu 29 Jun 2019 08:24 WIB

Dokter Anjurkan Masyarakat Hindari Paparan Panas Ekstrem

Gelombang panas ekstrem tengah melanda Eropa.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Warga mendinginkan diri di kolam air mancur Trocadero dengan latar belakang menara Eiffel di Paris, Prancis, Selasa (25/6). Gelombang panas menerjang Eropa. Suhu 45 derajat Celsius diperkirakan terjadi di Prancis.
Foto: AP Photo/Alessandra Tarantino
Warga mendinginkan diri di kolam air mancur Trocadero dengan latar belakang menara Eiffel di Paris, Prancis, Selasa (25/6). Gelombang panas menerjang Eropa. Suhu 45 derajat Celsius diperkirakan terjadi di Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika gelombang panas menjadi lebih kuat, para ahli medis menyarankan warga Eropa, terutama mereka yang kurang sehat dan peka terhadap panas, untuk menghindari paparan sinar matahari. Dokter spesialis anak dr Naeem Solangi mengingatkan bahwa heat stroke dapat menyebabkan kematian atau kerusakan organ secara permanen atau kecacatan jika tidak ditangani dengan tepat waktu.

Menurut Solangi, sangat penting menjaga suhu tubuh tetap di kisaran 36,1 hingga 37.8 derajat Celcius. Jika suhu tubuh melewati rentang itu, orang mungkin menderita penyakit yang berhubungan dengan panas.

Baca Juga

"Cara terbaik untuk mencegah penyakit terkait panas adalah dengan minum banyak air," jelasnya.

Solangi menyarankan agar masyarakat untuk tetap terhidrasi dan mengatur waktu agar kegiatan di luar ruangan bisa dilakukan selama jam-jam yang lebih dingin. Ia juga merekomendasikan warga membatasi paparan sinar matahari langsung selama jam-jam terpanas, dan menggunakan kacamata ultraviolet dan pelembab.

Solangi mengatakan masyarakat harus mengenakan pakaian longgar berwarna muda untuk mengurangi penyerapan panas dan memfasilitasi penguapan keringat dan pembuangan panas. Dia mengingatkan bahwa ketika sistem pengaturan tubuh gagal di bawah suhu tinggi ditambah dengan kelembaban tinggi, itu bisa berakibat fatal.

Untuk itu, Solangi menyerukan adanya peningkatan kesadaran masyarakat. Ia mengatakan, hal itu memainkan peran utama dalam mencegah korban massal karena kebanyakan orang menghindari paparan langsung ke matahari, tetap di dalam ruangan dan digunakan tindakan pencegahan lainnya.

Sejalan dengan itu, Solangi memperingatkan agar pembuangan limbah secara sembarangan di sekitar area perumahan tak dilakukan. Langkah itu dapat mengendalikan pembiakan parasit yang menular. Dia menyarankan masyarakat untuk menjaga kebersihan untuk menghindari kemungkinan wabah.

"Mereka yang menderita infeksi paru, kejang, demam, dan asma harus lebih berhati-hati dan membatasi kegiatan di luar ruangan," ungkapnya.

Solangi menjelaskan bahwa tanda-tanda penyakit yang berhubungan dengan panas juga menyangkut kram otot akibat penipisan kadar garam. Orang juga dapat mengalami kelelahan akibat kepanasan yang ditandai dengan kelemahan, mual, pusing, dan kulit tak lembab.

Ketika kelelahan akibat panas tidak berkurang, waspadalah dengan sengatan panas (heat stroke). Konsekuensinya sangat berbahaya, termasuk kebingungan, agitasi, penglihatan ganda.

"Olahraga dan beraktivitas sangat penting untuk membantu Anda tetap sehat, tetapi penting untuk berhati-hati di musim panas untuk menghindari sengatan panas, dehidrasi, dan konsekuensi lain dari kelelahan," kata Solangi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement