REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah istilah kolektif yang digunakan untuk menggambarkan serangkaian kondisi paru-paru, seperti emfisema dan bronkitis kronis. PPOK dikategorikan sebagai halangan aliran udara yang tidak dapat diobati dengan inhaler.
Menurut laporan Health24, faktor risiko terbesar untuk PPOK adalah asap rokok. Tapi, tidak hanya perokok yang menderita akibat PPOK yang melemahkan. Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko PPOK non-perokok. Berikut bagian kedua dari dua artikel:
HIV
Ada bukti yang menunjukkan bahwa HIV, baik tunggal atau bersama dengan infeksi sekunder dan TBC, dapat meningkatkan risiko PPOK. Ini bisa disebabkan oleh infeksi pernapasan berulang, efek virus pada jaringan paru-paru, atau hasil dari penurunan kekebalan, tetapi penyebab pastinya perlu diselidiki lebih detail, menurut Profesor JR Joubert, seorang ahli paru dari Stellenbosch, Afrika Selatan.
Apa yang dapat Anda lakukan? Dapatkan layanan kesehatan yang tepat untuk mengendalikan infeksi sekunder terkait HIV.
Faktor genetik
Sebuah kekurangan dalam protein yang dibuat di hati dapat menyebabkan hingga lima persen kasus PPOK. Protein ini disebut alpha-1 antitrypsin dan kekurangannya disebabkan oleh berbagai faktor genetik.
Yang dapat Anda lakukan ialah mewaspadai riwayat kesehatan keluarga dan periksa apakah ada kondisi paru-paru, terutama pada mereka yang bukan perokok.
Umur
Orang yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko PPOK yang lebih tinggi. Risiko PPOK akan meningkat seiring bertambahnya usia. Ada semakin banyak bukti bahwa proses penuaan dapat menyebabkan kelainan paru-paru terkait dengan PPOK.
Apa yang dapat Anda lakukan? Jangan abaikan gejala yang mungkin menandakan masalah pernapasan. Pergi ke dokter jika Anda mengalami mengi, batuk, dan sesak napas.