REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi kesehatan Prof dr Ari Fahrial Syam SpPD KGEH menjelaskan, daging kambing dan sapi termasuk kelompok daging merah yang banyak mengandung lemak. Lemak hewani biasanya mengandung lemak jenuh yang banyak mengandung LDL.
Lemak jahat, menurut Ari, bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah, baik pembuluh darah otak maupun jantung. Namun, selain mengandung lemak, daging kambing juga kaya akan protein hewani yang dibutuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan sebagai zat pembangun.
Mengingat hal tersebut, Ari mengatakan, daging tetap penting untuk dikonsumsi. Akan tetapi, ia mengingatkan agar tak mengonsumsinya secara berlebihan.
"Dari sisi pencernaan dampak langsung akibat mengonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit," ujarnya.
Ari mengungkapkan, daging merah merupakan salah satu makanan yang membuat usus ekstra berat untuk mengeluarkannya. Imbangi dengan banyak minum dan konsumsi sayur-sayuran.
"Orang dengan penyakit gastroesophageal reflux disease (GERD), yaitu penyakit di mana asam atau isi lambung balik arah ke atas kembali ke kekerongkongan, bisa akan bertambah parah GERD-nya setelah mengonsumsi daging kambing berlebihan," jelas Ari yang merupakan konsultan gastroenterohepatologi.
Apalagi jika langsung tidur karena kekenyangan sehingga setelah makan daging kambing. Itu akan mencetuskan keluhan penyakit GERDnya.
"Belum lagi efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah jika daging merah termasuk daging kambing ini dikonsumsi berkelanjutan," kata Ari.