Sabtu 21 Sep 2019 08:45 WIB

Kabut Asap, Bayi Baru Lahir Sebaiknya Masuk Inkubator

Selain masuk inkubator, bayi juga dapat ditempatkan di ruang berpenjernih udara.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Jenazah bayi yang meninggal diduga akibat asap karhutla di Jalan Lintas Timur, Kulim, Pekanbaru, Riau, Kamis (19/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Jenazah bayi yang meninggal diduga akibat asap karhutla di Jalan Lintas Timur, Kulim, Pekanbaru, Riau, Kamis (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kesehatan dr Tan Shot Yen menyarankan agar bayi baru lahir di daerah terdampak kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tak buru-buru dibawa pulang ke rumah. Ia merekomendasikan agar bayi ditempatkan di inkubator.

"Alternatif lainnya, tinggal di tempat khusus, yakni rumah aman yang dilengkapi dengan penjernih udara dan kondisinya baik untuk hidup dan bernapas," ujarnya saat ditemui wartawan usai mengisi Dialog Sosialisasi Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam rangkaian Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-55, di Jakarta, Jumat (20/9).

Baca Juga

Menurut Tan, menghirup udara berasap dari karhutla bukanlah penyebab langsung orang meninggal dunia. Ia menjelaskan bahwa kabut asap hanyalah faktor pencetus.

"Mungkin bayi yang meninggal itu sudah punya riwayat penyakit pneumonia, cacat paru, atau tuberkulosis (TB), atau bisa juga tidak mendapatkan pasokan oksigen dengan baik," ujar dia tentang bayi yang disebut meninggal karena paparan kabut asap di Riau.

Menurut dokter yang merawat bayi malang di Riau, bayi tersebut mengalami infeksi saluran peenapasan atas (ISPA) dan terpapar kabut asap. Menurut Tan, bisa saja seseorang memiliki riwayat penyakit ISPA kemudian ketika keluar ruangan, ternyata kondisinya dipenuhi kabut asap lantas penyakitnya menjadi parah.

"Ini berbeda kondisinya kalau meski sudah menderita ISPA, tetapi lingkungannya sehat, udaranya bersih maka ISPA bisa hilang," ujarnya.

Tan menyebutkan bayi atau kelompok rentan lainnya seperti anak-anak, ibu hamil, lanjut usia agar tinggal dalam ruangan yang dilengkapi dengan penjernih udara.

Sementara untuk masyarakat biasa, ia merekomendasikan untuk memakai masker N95.

Seorang bayi dari pasangan suami-istri, Evan Zendrato dan Lasmayani Zega meninggal dunia diduga akibat paparan kabut asap karhutla di Kota Pekanbaru, Riau. Lahir dalam keadaan normal dan sehat, bayi berusia tiga hari itu meninggal sebelum diberi nama.

Evan, bapak kandung bayi, di Pekanbaru, Kamis, mengatakan almarhum anak pertamanya itu belum sempat diberi nama karena sudah telanjur meninggal pada Rabu malam (18/9). Bayi seberat 2,8 kilogram itu sempat menderita batuk, demam tinggi hingga 41 derajat Celcius, dan pilek sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

"Dokter bilang anak saya terdampak virus akibat kabut asap," ujar Evan seraya menjelaskan bahwa bayi laki-lakinya itu meninggal saat dalam perjalanan menuju ke Rumah Sakit Syafira, Pekanbaru.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement