REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan jantung dan pengobatan kanker kolorektal (usus besar), aspirin juga disebut bisa mengurangi pertumbuhan tumor dan menghambat kambuhnya penyakit. Ajay Goel dari klinik City of Hope di Amerika Serikat, melakukan penelitian untuk membuktikan hal itu.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Carcinogenesis, menggunakan model tikus dan pemodelan matematika untuk memparalelkan jumlah konsumsi aspirin harian di AS dan Eropa untuk diuji klinis. Tim peneliti menguji tiga dosis aspirin setiap hari dalam empat jalur sel kanker kolorektal.
Pengujian juga dilakukan termasuk tumor dengan ketidakstabilan mikrosatelit dan mutasi pada gen PIK3CA. Penelitian juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara endometrium, usus besar dan kanker payudara agresif.
Kemudian para peneliti membagi 432 tikus menjadi empat kelompok: aspirin dosis rendah (15 mg/kg), aspirin dosis menengah (50 mg/kg) dan aspirin dosis tinggi (100mg /kg) - setara 100mg, 300mg dan 600mg untuk manusia.
Tumor dari tiga tikus di masing-masing kelompok perlakuan dianalisis pada hari ketiga, lima, tujuh, sembilan dan 11. Para peneliti memeriksa "apoptosis seluler" (kematian sel terprogram) dan menemukan bahwa persentase sel yang diprogram untuk mati meningkat di semua lini sel.
Penelitian menemukan bahwa ketika dosis aspirin meningkat, tingkat kematian sel meningkat sementara tingkat pembelahan sel menurun. Artinya, sel-sel tumor lebih cenderung mati dan tidak berkembang biak.
"Kami sekarang bekerja dengan beberapa orang yang melakukan uji klinis manusia untuk menganalisis data dan menggunakan pemodelan matematika. Proses ini menambah lapisan kepercayaan pada temuan dan memandu desain uji coba manusia di masa depan," kata Goel dilansir Times Now News, Rabu (8/1)
Tugasnya sekarang, lanjut Goel, adalah menentukan dosis aspirin yang tepat yang dapat digunakan sebagai profilaksis harian. Penggunaannya harus tanpa memicu efek samping berbahaya terhadap perut dan pendarahan otak.
"Beberapa orang mungkin mengatakan aspirin adalah 'obat ajaib' karena potensinya untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh peradangan kronis, seperti kanker, Alzheimer, Parkinson, dan radang sendi," kata Goel.
Namun, alasan mengapa aspirin saat ini tidak digunakan untuk mencegah penyakit tersebut lantaran jika terlalu banyak dikonsumsi sebagai anti-inflamasi bisa menyebabkan masalah pencernaan dan masalah lainnya.
"Kami semakin dekat untuk menemukan jumlah aspirin harian yang tepat yang diperlukan untuk mengobati dan mencegah kanker kolorektal tanpa menyebabkan efek samping yang menakutkan," jelas Goel.