REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Banyak orang mendadak menjadi foodie atau eatie ketika menandai (tagging) foto aneka makanan yang diunggah ke Instagram atau Facebook. Dua kata ini sekarang sulit dihindari, terutama ketika Anda sedang menulis artikel tentang makanan dan restoran atau membahasnya di lini masa.
Rasanya sulit mengenal citarasa jika hanya melihat gambar saja. Di Restoran La Cucina, Anda bisa memahkotai banyak bintang untuk menu-menu Italia yang disajikan di sini, baik setelah mencicipinya atau ketika mengunggah fotonya ke akun media sosial.
Restoran ini merupakan poster depan dari makanan lezat bercita rasa Italia di Kuta. Makanan-makanan LaCucina disajikan dengan resep otentik dan tradisional oleh koki-koki profesional. Stereotip bahwa semua makanan Italia hanya berbahan keju dan karbohidrat terpatahkan, sebab Anda bisa menemukan ragam menu unik, baik itu spageti, pasta, dan piza original hingga yang sudah dimodifikasi di restoran ini.
Pandu Djojoadisoeprapto dan Anis Faiqoh dari manajemen Discovery Kartika Plaza Hotel (DKPH) menyambut hangat Republika.co.id di lobi hotel. Siapa saja memang bisa makan enak di La Cucina tanpa harus menginap di hotel bintang lima tersebut.
Tak terasa waktunya makan siang dan obrolan ringan berlanjut ke meja makan. Cuaca Kuta siang itu hujan sedang. Saya pun memesan segelas jeruk manis hangat dan menu baru yang direkomendasikan koki, lamb shank osso bucco. Saya sangat terkesan dengan menu ini dan menyarankan Anda ikut mencobanya.
Lamb shank seperti namanya adalah potongan daging betis atau sengkel kambing. Hidangan tunggal daging ini disajikan sekaligus dengan tulangnya. Karena bagian yang diambil adalah kaki belakang, tekstur daging kambingnya lebih empuk.
Menu ini sungguh lezat. Osso bucco merupakan hidangan terkenal yang berasal dari Milan. Dalam bahasa Italia, osso bucco berarti potongan daging kaki sapi, namun koki La Cucina mengolahnya dengan kaki kambing. "Kalau saya menyebutnya rendang ala Italia," kata Chef Sri Kurniasih, salah satu koki di LaCucina.
Sebagaimana memasak rendang, lamb shank osso bucco juga diproses lama, sekitar empat jam. Chef yang sudah bekerja selama 16 tahun di restoran ini memberi sentuhan Indonesia di dalam proses memasaknya. Di Milan, menu ini menggunakan bawang bombay dan bay leaf, namun di La Cucina menggunakan bawang merah, bawang putih, dan daun salam.
Mula-mula kaki kambing dipanggang sebentar sebelum ditumis dan dimasak dengan cara pelan (slow cooking). Tujuannya supaya daging matang hingga bagian dalam dan tidak pecah selama dimasak. Proses ini diulang beberapa kali bergantian.
Bawang ditumis dengan olive oil bersama pasta tomat, rempah daun, seperti basil, sage, atau bay leaf yang bisa diganti dengan daun salam, kemudian disiram kembali dengan kaldu rebusan kambing, ditaburi merica bubuk, garam, dan bumbu lainnya. Daging kambing dicelupkan ke dalam saus ini, kemudian dioven kembali sampai matang sempurna. Makanan lalu dituang ke piring dan dihiasi dengan peterseli. Di kota asalnya, osso bucco biasa dimakan bersama pasta. Di La Cucina, menu ini dihidangkan bersama kentang, buncis, dan wortel.
Bagi Anda yang hendak makan berat, tapi tak ingin terlalu kenyang, cobalah spaghetti aglio e olio. Chef Sri memodifikasi menu tradisional Italia ini menjadi bercita rasa Asia, dengan menambahkan cabai.
Spaghetti aglio e olio adalah hidangan pasta paling sederhana. Bahan dasarnya hanya pasta, bawangputih, dan olive oil. Udang dapat diganti dengan smoke beef, sesuai permintaan tamu. Supaya sedikit berbeda, Chef Sri juga menambahkan daun parsley.
Ada rasa bahagia ketika dia menyaksikan tamu kenyang dan piring-piring makan bersih. Chef Sri dan lima koki lainnya mengembangkan bahan-bahan makanan di La Cucina dengan metode lokal tanpa menghilangkan konsep asli makanan Italia tersebut.