REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Sate Bulayak merupakan makanan khas Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat pertama kali mencicipinya lidah berkenalan dengan rasa yang baru. Bagaimana tidak, sebelumnya lidah hanya mengetahui rasa sate dengan bumbu kacang atau kecap seperti yang banyak dijual.
Bumbu sate bulayak ini yang berperan penting membuat lidah ingin terus mencicipinya. Kesan pertama yang dirasakan lidah adalah gurih bercampur pedas, tapi pedasnya berbeda. Pedas di sini terasa hangat alias pas di lidah. Mungkin karena pedasnya berasal dari jahe, merica dan cabai.
Semua orang setuju yang membuat sate bulayak lezat adalah bumbunya. Bahkan setelah sate habis dimakan, tetap masih ingin menghabiskan bumbunya hingga tuntas. Tidak sedikit orang yang melakukannya atau memakan habis bumbu sate bulayak.
Konon, untuk mendapatkan sate bulayak orang harus pergi ke Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Sebab hanya orang-orang Narmada yang menjual sate bulayak, mereka punya ciri khas tersendiri dalam meracik bumbu sate bulayak.
Sekarang Pulau Lombok menjadi destinasi wisata sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan makanan khas daerah untuk dijajakan kepada wisatawan. Sehingga sate bulayak tidak lagi sulit didapatkan.
Di Kota Mataram tepatnya di dekat Islamic Center NTB, di sana ada Jalan Udayana. Sepanjang Jalan Udayana di sebelah kanan dan kirinya terdapat warung-warung makan dan tempat nongkrong. Di antara warung-warung makan tersebut ada beberapa warung makan yang menjual sate bulayak.
Sate Bulayak makanan khas Pulau Lombok dari daerah Narmada, Senin (21/5).
Salah seorang pemilik warung makan di Jalan Udayana, Mba Muji dari Narmada mengungkapkan bahan dan rahasia bumbu sate bulayak. Sate bulayak berbahan dasar daging sapi, ayam dan usus sapi. Orang bisa memilih daging apa yang digunakan tergantung kesukaannya.
Daging tersebut dipotong kecil-kecil kemudian ditusuk menjadi sate. Sate bulayak juga disajikan dengan lontong. Uniknya lontong pasangan sate bulayak ini tidak dibungkus daun pisang atau dibungkus daun kelapa seperti ketupat. Tetapi dibungkus daun aren, saat membuka bungkusnya pasti mendapatkan kesan tersendiri.
"Lontong umumnya dibungkus daun pisang, ketupat dibungkus daun kelapa, lontong sate bulayak ini dibungkus daun aren, ini bedanya," kata Mba Muji kepada Republika.co.id di warung makannya, Senin (21/5) malam.
Terkait bumbu yang digunakan, dikatakan Mba Muji, mirip seperti bumbu rendang. Tapi bumbu sate bulayak rasanya lebih kaya rempah-rempah. Dia mengungkapkan, bahan-bahan bumbunya cabai merah besar, bawang putih, lengkuas, jahe, kencur, cengkih, merica, ketumbar dan minyak kelapa. "Bahannya ada rempah-rempah juga, dicampur sedikit-sedikit, bumbunya sederhana," ujarnya.
Ia menjelaskan, satu porsi sate bulayak harganya Rp 25 ribu. Dalam satu porsi ada 15 tusuk sate dan lima buah lontong. Pembeli bisa memilih daging sapi, ayam, usus sapi atau dicampur semuanya. Sebab apapun pilihannya harga satu porsi tetap sama Rp 25 ribu.
Warung-warung makan di sebelah kanan dan kiri Jalan Udayana buka jam 15.00 WITA sampai jam 24.00 WITA. Termasuk warung makan Sate Bulayak milik Mba Muji. Ia menerangkan, jam tersebut sudah menjadi aturan baku pemerintah setempat.
Namun, hari Sabtu malam Ahad boleh buka sampai jam 01.00 WITA kalau pengunjung sangat ramai. Bagi wisatawan yang di bulan Ramadhan sedang mengunjungi Pulau Lombok. Maka tidak akan membatalkan puasa saat mencicipi sate bulayak di Jalan Udayana di waktu magrib.