Jumat 20 Sep 2019 09:52 WIB

Layanan Antar Makanan Sudah Pengaruhi Gaya Hidup Urban

Industri layanan antar makan di Indonesia berpotensi berkembang besar.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Layanan antar makan membantu konsumen menikmati hidangan yang diinginkan tanpa harus mengantrenya.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layanan antar makan membantu konsumen menikmati hidangan yang diinginkan tanpa harus mengantrenya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya platform layanan pesan-antar makanan sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat urban, khususnya konsumsi makanan. Aktivitas makan saat ini menjadi lebih praktis tanpa harus datang ke restoran dan mengantre lantaran platform menyediakan fitur mengantarkan makanan.

Hal itu pula yang kemudian menjadi perhatian dari lembaga survei asal Singapura, Nielsen, untuk membuat riset mengenai tren industri layanan pesan-antar makanan di Indonesia. Nielsen mengambil data dari 1.000 responden yang tersebar di tujuh kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta dan sekitarnya, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Balikpapan, Medan dan Makassar.

Baca Juga

Hasilnya, ada sebanyak 95 persen dari responden yang berpartisipasi, menikmati masakan siap santap dalam tiga bulan terakhir. “Dari 95 persen tersebut, ada sebanyak 58 persen di antaranya, memesan masakan siap santap melalui layanan pesan-antar makanan,” ungkap Excecutive Director of Consumer Insight Nielsen Singapura, Garick Kea, saat konferensi pers di wilayah Jakarta Selatan, Kamis (19/9).

Prosentase ini menempati urutan kedua setelah prosentase responden yang makan langsung di restoran atau makan di tempat. Dalam 95 persen  orang-orang yang memakan siap santap, ada sebanyak 80 persen orang yang masih mengunjungi restoran untuk makan di sana.

Menempati urutan ketiga, ada sebanyak 52 persen responden yang tetap mengunjungi restoran makanan siap santap untuk dibawa pulang. Selanjutnya, ada sebanyak 29 persen dari responden mengatakan, membeli makanan siap santap melalui situs jaringan resmi dari restoran itu sendiri.

Garick mengatakan, penelitian yang berlangsung selama 17 Mei hingga 25 Mei 2019 itu mengungkapkan banyak peluang yang belum tersentuh di Indonesia. Kenyamanan konsumen merupakan faktor utama yang menggerakkan pertumbuhan bisnis ini.

“Dengan 95 persen masyarakat Indonesia memilih untuk membeli makanan siap santap, industri pesan antar makanan mempunyai potensi pertumbuhan yang besar,” ungkap Garick.

Survei ini dilakukan dengan metodologi survei secara daring dan mandiri. Target responden sendiri adalah responden pria dan wanita yang berusia 18 tahun hingga 45 tahun yang menggunakan layanan pesan-antar makanan daring pada tiga bulan terakhir di beberapa platform, yaitu Berry Kitchen, GoFood, GrabFood, dan Kulineran.

Survei ini adalah survei mengenai perilaku pengguna layanan pesan-antar makanan di Indonesia pertama yang dilakukan oleh Nielsen. Akibatnya Nielsen tidak memiliki data pembanding dengan kondisi tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement