Rabu 08 May 2019 19:28 WIB

Kebohongan pada Anak Penting untuk Asah Keterampilan

Anak yang berbohong dinilai normal dan dapat mengasah keterampilan

Rep: Eric Iskandarsjah Z./ Red: Christiyaningsih
Melewati usia tertentu bukan tidak mungkin anak berbohong.
Foto: pixabay
Melewati usia tertentu bukan tidak mungkin anak berbohong.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Hampir semua anak kecil pernah melakukan kebohongan dengan alasan yang tidak dapat dijelaskan. Berdasarkan penelitian hal ini dinilai normal dan penting dalam pertumbuhan mereka.

Dilansir Asia One, dalam studi itu juga diungkap terkait bagaimana dan mengapa berbohong dinilai menjadi sebuah keterampilan sosial. Studi ini dipimpin oleh profesor psikologi Universitas Toronto Kanada, Kang Lee.

Studi tentang keterampilan berbohong itu mengungkap beberapa hal yang cukup menarik. Dalam riset itu terungkap kecenderungan untuk berbohong dimulai cukup awal dan meningkat selama bertahun-tahun. Dalam penelitian tersebut, 30 persen balita berusia dua tahun ditemukan mulai melakukan kebohongan.

Pada usia tiga tahun, setengah dari semua anak yang dianalisis berbohong. Sedangkan pada anak-anak usia empat tahun sekitar 80 persen dari mereka juga mengatakan kebohongan.

Puncaknya, hampir semua anak berusia antara lima dan tujuh tahun berbohong. Namun, Lee mengatakan perilaku ini normal dan merupakan tonggak penting dalam perkembangan anak.

Untuk lebih memperdalam studi, ia pun melakukan penelitian di mana sekelompok anak-anak pra-sekolah di Cina dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberi pelatihan theory-of-mind. Sedangkan separuh sisanya diajari keterampilan untuk angka dan pemecahan masalah spasial.

Di kelompok pertama, anak-anak diajarkan untuk memahami apa yang ada dalam pikiran orang lain, untuk mengetahui apa yang mereka ketahui dan apa yang tidak mereka ketahui. Semakin baik seorang anak pada kelompok ini, maka semakin canggih kebohongan mereka.

Selanjutnya, anak akan mengembangkan kemampuan fungsi eksekutif yang merupakan kekuatan untuk merencanakan ke depan dan mengekang tindakan yang tidak diinginkan. Lewat studi ini, Lee mengatakan 30 persen balita yang bisa berbohong memiliki kemampuan fungsi eksekutif yang lebih tinggi.

Ia menilai ini merupakan tanda kecanggihan kognitif. Lee pun menekankan bahwa pembohong cilik akan menggunakannya untuk mendapatkan lebih banyak keberhasilan di sekolah dan dalam interaksi mereka dengan anak-anak lain selama bermain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement