Rabu 20 Nov 2019 05:14 WIB

Tip Mendongeng dengan Percaya Diri

Banyak orang tua tak percaya diri saat akan mendongeng.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Aktivitas mendongeng dan membaca ialah bentuk pengasuhan berkualitas untuk membentuk perkembangan anak (Ilustrasi)
Foto: Corbis.com
Aktivitas mendongeng dan membaca ialah bentuk pengasuhan berkualitas untuk membentuk perkembangan anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendongeng sepintas terlihat mudah, tetapi kenyataannya tidak demikian. Orang tua tetap perlu mempersiapkan diri sebelum mendongeng.

Persoalannya, saat melakukan persiapan, ayah dan ibu terkadang disergap pikiran negatif. Mereka juga kerap terlalu fokus pada properti yang akan dipakai.

Baca Juga

Pendiri komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Mochamad Ariyo Faridh Zidni atau Kak Aio, menyarankan agar orang tua tak perlu terlalu khawatir ketika akan mendongeng. Ia menjelaskan bahwa mendongeng merupakan aktivitas yang baik untuk perkembangan anak karena menggunakan imajinasi dalam bercerita.

“Bisanya yang menyulitkan kegiatan mendongeng adalah pikiran negatif dari orang tuanya. Nanti takut nggak didengerin atau nanti alat bantunya bagaimana ya. Atau sepertinya alat bantunya kurang deh. Itu yang biasanya malah menjadi ketakutan tersendiri bagi orang tua,” ungkap Kak Aio di konferensi pers Nivea #SentuhanIbu 2019 World of Imagination, di wilayah Senayan, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Agar dapat percaya diri saat mendongeng, Kak Aio menyarankan agar orang tua memilih tema tertentu. Jika telah memiliki tema, maka ayah dan ibu tinggal mencari cerita yang disukai.

"Pilih cerita yang sesuai dengan usia anak," kata Kak Aio.

Menurut Kak Aio, cerita mengenai hewan atau fabel dan cerita imajinatif akan cocok untuk anak berusia sekitar empat tahun atau lima tahun. Cerita personifikasi tentang sesuatu hal. seperti mobil yang bisa bicara atau pohon yang bisa bicara, juga akan menarik minat si kecil.

Selain itu, orang tua hendaknya tidak membatasi diri dan terlalu fokus kepada nilai moral dari cerita yang hendak akan diceritakan. Sebab, hal itu akan membatasi imajinasi orang tua dan membuat mereka kehabisan ide untuk membangun cerita.

“Jadi berpikirlah seperti anak-anak. Mereka itu kira-kira sukanya apa, lalu masuknya dari situ. Kalau sudah membatasi diri, nanti jadi kepikiran sepertinya perlu alat bantu atau pikiran-pikiran lainnya,” jelas Aio.

Aio mengimbau orang tua untuk terus fokus mengembangkan cerita dongengnya saja. Dengan demikian, ketidakpercayaan diri akan hilang dan anak bisa mengikuti cerita dengan nyaman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement