REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Sektor pariwisata di Sulawesi Utara (Sulut) saat ini sedang berkembang pesat. Terbukti dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang meningkat drastis hingga 449 persen padai bulan Mei dibandingkan tahun lalu. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong Sulut, khususnya Manado untuk menjadi kawasan destinasi wisata favorit di Indonesia.
Berdasarkan laporan yang disampakan Kepala Bidang Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut Marthedy Tenggehi, kunjungan wisman ke Sulut sebagian besar berasal dari Cina, Jerman, dan Singapura
"Pada bulan Mei 2017, wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sulut berasal dari Cina sebanyak 4.396 orang (78,65 persen). Di urutan kedua diikuti Singapura 176 orang (3,15 persen) dan Jerman 138 orang (2,47 persen) di urutan ketiga," ujar Marthedy, Jumat (7/7).
Kemudian berturut-turut turis dari Amerika 106 Orang (1,90 persen), Inggris 87 Orang (1,56 persen), Hongkong 74 Orang (1,32 persen), Malaysia 67 Orang (1,20 persen), Ausralia 64 Orang (1,15 persen), Belanda 62 Orang (1,11 persen) dan Perancis 47 Orang (0,84 persen).
Marthedy menambahkan, jumlah wisman yang datang ke Sulut mayoritas melalui pintu masuk bandara Sam Ratulangi yang signifikan. “Maraknya turis ke Sulut karena banyaknya direct flight ke Manado yang menjadi pertimbangan tersendiri. Terobosan yang dilakukan oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan promosi gencar Kementerian Pariwisata mampu meningkatkan jumlah wisman ke Sulut sampai ratusan persen setiap bulannya,” kata dia.
Di Sulut, wisman umumnya menikmati sejumlah tempat wisata laut, gunung serta menikmati kuliner Sulut yang dianggap sesuai dengan selera dan taste mereka. Jika wisman datang di Manado selama enam hari, mereka menyerbu wisata bahari. Mayoritas tertarik dengan Bunaken, Danau Tondano dan Danau Linow.
"Nomor duanya suka wisata budaya, dan city tour karena turis itu suka berbelanja di Mantos, mengunjungi patung Yesus di Citraland, ke kawasan Kampung Cina dan jalan-jalan di area Boulevard," kata dia.
Laporan BPS ini membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya semakin bersemangat. Dia meminta Pemerintah Daerah untuk terus membenahi destinasi wisatanya, terutama 3A-nya. Akses, Atraksi dan Amenitasnya, agar wisman yang datang ke Sulut merasa nyaman dan betah tinggal di Sulut.
"Untuk menambah kunjungan wisman, yang baik dipertahankan, yang kurang dibenahi. Kebersihan, keamanan, kenyamanan harus tetap dijaga agar wisman nyaman datang dan tinggal di sini," kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya juga ingin jadikan daerah yang ditetapkan sebagai ibukota terumbu karang dunia oleh World Coral Reef Conference (WCRC) ini sebagai HUB Pariwisata dari pasar Pasifik, seperti Cina, Hong Kong, Macau, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan.
“Destinasi wisata sudah kelas dunia, juga atraksi pariwisata di Sulut kita acungkan jempol. Kita harus terus berpromosi dan membuat even berskala internasional sehingga Sulut bisa menjadi hub pariwisata,” kata dia.