REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beragam diet atau pengaturan pola makan kekinian yang diklaim dapat menurunkan berat badan dalam waktu singkat. Meski tampak menjanjikan, penurunan berat badan dengan jumlah banyak dan dalam waktu singkat dapat merugikan kesehatan.
"Diet yang beri hasil instan, menurut pengalaman saja, akan cepat naik (berat badan) lagi. Jadinya yoyo," terang Spesialis Gizi Klinik dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya dr Diana F Suganda MKes SpGK, di Jakarta.
Penurunan berat badan yang ideal seharusnya menyasar kelebihan lemak dalam tubuh. Massa lemak hanya bisa dikurangi sebanyak 0,5 kg per minggu atau 2 kg per bulan. Sedangkan pada individu bertubuh besar, pengurangan massa lemak bisa mencapai 1 kg per minggu atau 4 kg per bulan.
Diet atau pengaturan pola makan yang menjanjikan penurunan berat badan fantastis dalam waktu singkat bisa dipastikan tidak mengurangi massa lemak, melainkan massa air dalam tubuh. Massa air yang berkurang bisa kembali seperti semula dalam waktu singkat.
"Yang hilang hanya air, begitu makan lagi, hidrasi lagi, ya balik lagi," tambah Diana.
Diana mengatakan kunci untuk menurunkan massa lemak sekitar 0,5 kg per minggu adalah memangkas asupan kalori sebesar 500 kalori setiap hari. Namun, sebagian orang biasanya merasa sulit untuk mengurangi 500 kalori sekaligus dari porsi makan mereka. Hal ini, terang Diana, bisa 'diakali' dengan cara mengurangi asupan sebesar 250 kalori ditambah dengan membakar 250 kalori.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memangkas asupan 250 kalori per hari. Beberapa di antaranya adalah menyantap jajanan bersama teman sehingga porsi jajanan yang dikonsumsi lebih sediit, menjauhi makanan pencuci mulut dan mengganti minuman bergula dengan air putih.
"Yang paling gampang itu menjauhi kerupuk. Kerupuk putih itu 200 kalori," ungkap Diana.
Sedangkan membakar 250 kalori bisa dilakukan dengan berolahraga sederhana. Beberapa di antaranya adalah bersepeda selama 30 menit, berkebun selama satu jam, bersepeda maupun berjalan kaki.
"Jalan kaki 30 menit tapi non stop, pakai sepatu nyaman," jelas Diana.
Ikuti Whatsapp Channel Republika