Sabtu 16 Feb 2019 04:09 WIB

Hindari Pantangan ini saat Atur Keuangan di Usia 20an

Jumlah penghasilan bukan cara untuk menentukan sukses tidaknya rencana keuangan.

Bekerja freelance
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bekerja freelance

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak yang berpendapat kalau orang bergaji tinggi punya perencanaan keuangan baik, sedangkan yang berpenghasilan rendah tidak. Padahal, jumlah penghasilan bukan cara untuk menentukan sukses tidaknya rencana keuangan seseorang.

Jika diatur sedemikian rupa, kondisi keuangan bisa stabil walaupun penghasilan pas-pasan. Masalah mengatur keuangan seperti ini sering dihadapi oleh anak muda, terutama di usia 20an tahun.

Baca Juga

Agar finansial di masa tua tidak hancur berantakan, harus tahu jurus mengatur finansial. Seperti dikutip dari Cermati.com, berikut pantangan yang harus dihindari saat mengatur keuangan di usia 20an.

1. Jangan hanya terpaku pada satu sumber pendapatan saja

Jangan berpuas diri apabila perusahaan menggaji dengan nominal yang tinggi. Apa salahnya kalau kamu mencari sumber pemasukan tambahan. Meskipun nominalnya tidak besar, tapi kamu bisa manfaatkan untuk membayar pengeluaran tak terduga setiap bulan. Salah satu pekerjaan yang bisa dicoba adalah menjadi freelancer.

Kamu bisa menggeluti dunia freelance setelah pulang kerja. Jika masalah kantor sedang hectic, kamu bisa berhenti sejenak dari pekerjaan ini. Mudah, bukan?

2. Selalu hidup boros

Boros pangkal miskin memang benar adanya. Begitu juga dengan pepatah hemat pangkal kaya. Jurusnya? Dengan cara menabung. Bukan hanya makanan saja, menabung juga harus masuk dalam skala prioritas keuanganmu setiap bulan. Sisihkan 25-35 persen gaji untuk ditabung setiap bulan.

Jika jumlahnya sudah banyak, kamu bisa gunakan untuk membeli rumah atau membiayai pesta pernikahan, atau kebutuhan penting lainnya. Jumlah pengeluaran akan membengkak seiring bertambahnya usia. Jangan ragu untuk menambah persentase tabungan per bulan apabila diperlukan.

3. Mengabaikan dana darurat

Punya uang berlebih? Kamu bisa gunakan untuk investasi, baik properti, perhiasan, atau saham. Tapi, kamu tidak boleh melupakan dana darurat karena fungsinya sangat besar dalam kehidupan.

Kamu bisa gunakan dana darurat untuk membiayai peristiwa tak terduga, misalnya saat keluarga membutuhkan uang tambahan atau banyak undangan pesta penikahan dan lainnya.

Agar dana darurat yang terkumpul berjumlah maksimal, sisihkan 25 persen dari gaji untuk keperluan darurat. Ketika membutuhkan dana segar, kamu tak perlu bingung cari pinjaman karena dana darurat sudah cukup untuk memenuhi semua biaya yang diperlukan.

4. Punya kebiasaan menunda

Jika kamu menginginkan finansial yang sehat, segera pikirkan cara untuk mewujudkannya. Jangan menunda-nunda membuat keputusan agar keinginanmu segera terealisasi. Tentu saja, keputusan yang diambil harus didasarkan pada beberapa pertimbangan untuk menghindari penyesalan di kemudian hari.

Hindari membuat keputusan bersifat tanggung yang membuatmu ragu-ragu untuk melangkah. Tentukan satu keputusan pasti guna meningkatkan minat dalam mengatur keuangan.

5. Terbiasa menyimpan uang di dompet

Hindari kebiasaan menyimpan uang di dompet, apalagi dengan nominal yang besar. Hal ini justru membuatmu mudah hidup boros karena merasa punya banyak uang.

Sebagai gantinya, kamu bisa menyimpan uang di bank agar lebih aman. Buat dua rekening bank sekaligus. Satu rekening untuk kebutuhan sehari-hari, sedangkan yang satunya untuk tabungan.

Pemisahan tabungan seperti ini akan membuat keuangan pribadi lebih terkontrol, sehingga pemakaian uang tidak asal-asalan. Tentu saja, bukan hanya di bank, uang lebih itu bisa digunakan untuk investasi.

6. Terjerumus gaya hidup orang lain

Jika orang lain bermegah diri atas kekayaannya, kamu harus tetap jaga komitmen untuk hidup hemat, seperti membawa bekal dari rumah dan mengurangi jatah senang-senang bersama teman.

Hindari menduplikasi gaya hidup orang lain agar rencana keuangan yang kamu buat tidak sia-sia. Terlebih lagi jika gaya hidup orang yang kamu tiru itu hedon. Bisa-bisa keuanganmu bakal kedodoran.

Jika gaji bulanan tersisa, sebaiknya simpan sebagai modal untuk pengeluaran bulan depan. Dengan demikian, pengeluaran di bulan berikutnya dapat diminimalisir demi memaksimalkan jumlah tabungan.

7. Malu mencari informasi dari pakar keuangan

Jika kamu menghadapi kesulitan saat mengatur keuangan, jangan ragu untuk berdiskusi dengan ahlinya. Hubungi pakar keuangan dan tetapkan jadwal diskusi untuk mencari solusi terbaik saat mengatur keuangan.

Pertemuan ini membutuhkan biaya. Kalau kamu mau berhemat, diskusikan dengan sahabat atau rekan kerja yang lihai mengatur keuangan. Segera terapkan ilmu yang sudah diperoleh untuk mengembalikan kestabilan keuangan.

8. Mementingkan uang, mengabaikan kesehatan

Sebagian orang rela menghabiskan uangnya demi membeli gadget terbaru. Giliran untuk kesehatan saja pelitnya minta ampun. Sifat seperti ini sebaiknya jangan ditiru.

Perlu diingat, kesehatan harganya sangat mahal. Ketika jatuh sakit, uang yang kamu kumpulkan selama ini akan habis dalam sekejap atau malah kurang karena mahalnya biaya pengobatan.

Utamakan kesehatan daripada kemewahan yang difatnya bersenang-senang. Manfaatkan uangmu untuk liburan, makan makanan lezat, atau membeli vitamin agar stamina tubuh tetap terjaga. Menjaga kesehatan termasuk salah satu investasi yang akan memengaruhi masa depanmu. Karena kesehatan itu mahal harganya.

Jangan menghabiskan uang untuk kesenangan sesaat

Kebiasaan seperti berpesta, nongkrong, belanja, dan hal lain yang berkaitan dengan gaya hidup sebaiknya harus dihindari. Sekilas memang tampak menyenangkan, tapi kesenangan tersebut hanya bersifat sementara. Utamakan kesenangan jangka panjang yang menyukseskan kondisi finansial, baik di masa muda maupun di masa tua nantinya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement