REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anto, seorang karyawan penuh waktu di sebuah BUMN terkenal, baru merasa aman ketika punya uang Rp 5 juta di rekening tabungannya. Lain lagi dengan Diaz, pengusaha muda, baru merasa aman ketika punya uang tunai Rp 10 juta di tangannya.
Jadi setiap akan pergi, Anto selalu cek saldo via mobile bankingnya. Sementara Diaz memastikan uang Rp 10 juta ada di 4 kantongnya (kantong celana kiri kanan dan kantong kemeja kiri kanan).
Dua perilaku ekstrem ini saya temui di lingkungan bisnis saya. Bagaimana dengan pengolaan keuangan kita hari ini?
Apakah ada yang nyaman-nyaman saja ketika ada atau tidak ada uang di kantong/rekening ketika jalan-jalan di mal?
Job/Entrepreneur Security
Di tengah perekonomian yang tidak menentu, isu job security (keamanan bekerja) atau entrepreneur security (keamanan berusaha) selalu menjadi topik yang layak dibicarakan. Persoalan perang dagang di luar negeri, pergantian pemerintahan, kebijakan kenaikan Tarif BBM, listrik dan lainnya adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita tolak.
Ibarat arah angin, kita tidak bisa mengubahnya. Karena bukan domain kita sebagai rakyat, kecuali kita seorang penguasa. Tapi sekencang dan sederas apapun arah angin tersebut, kita masih bisa menyesuaikan arah sayap keuangan pribadi dan keluarga kita. Karena kita punya otoritas di sana untuk menyelaraskannya.
Ibarat sebuah keranjang, kita bisa mengisi keranjang keuangan kita beserta isinya dengan sistem keuangan berbasis waktu. Karena bagaimanapun, yang namanya krisis dan badai keuangan, pastinya akan berlalu, digantikan optimisme masa depan keuangan kita.
Ada tiga keranjang yang mesti kita siapkan agar isu job/entrepreneur security ini menjadi sebuah kenormalan baru.
Mari kita bahas satu persatu. Menurut KBBI daring, simpanan adalah menaruh di tempat yang aman supaya jangan rusak, hilang, dan sebagainya. Simpanan keuangan berarti menyimpan uang yang dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari, 1-6 bulan ke depan.
Kenapa harus 6 bulan? Agar kita bisa merencanakan dan merasa 'aman' ketika ada hal-hal yang terjadi di luar dari kebiasaan. Misalnya, kelangkaan beras, kita masih ada uang untuk membelinya. Kelangkaan gas, kita ada stok hingga 6 bulan ke depan dan lainnya.
Sementara, tabungan adalah tempat menabungkan uang/celengan/bank. Format tabungan yang sebenarnya adalah menyisihkan sebagian uang/harta kita untuk masa depan. Secara horizon waktu, tabungan lebih ke jangka menengah.
Sedangkan investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Format investasi yang sebenarnya adalah menyisihkan sebagian uang/harta kita untuk masa depan dan bertumbuh.
Kendatipun demikian, tabungan dan investasi, jika menabung dan berinvestasinya di Logam Mulia (LM), ketika momentumnya pas, bisa sama-sama mengalahkan inflasi dan bisa sama-sama bertumbuh layaknya jika kita punya saham.
Fenomena krisis moneter tahun 1997-1998, suka tidak suka, harga emas LM (Logam Mulia) melonjak tajam.
Lantas bagaimana kita mengisi 3 keranjang di atas?
Isi 3 Keranjang Keuangan
Keranjang adalah alat bantu kita untuk mempersiapkan JPS (Jaring Pengaman Sosial) keuangan pribadi dan keluarga kita. Ibarat perang, ketika lapisan keuangan ke-4 kita terbuka, masih ada lapisan ke-3.
Ketika lapisan keuangan ke-3 kita terbuka, masih ada lapisan ke-2, ke-1 dan lainnya.
Untuk apa kita punya keranjang keuangan? Agar pemenuhan kebutuhan dan rencana keuangan kita bisa dieksekusi secara matang.
Untuk itu, kita perlu melakukan 3 hal berikut:
1. Simpanan (Money Keeping)
Tujuan dari simpanan adalah untuk membiayai kebutuhan hidup dan Menjaga stabilitas keuangan keluarga serta likuiditasnya. Misalnya, kita memiliki kas tunai/setara kas untuk 6 bulan ke depan, minimal sekali 2 bulan ke depan.
Ini juga bermakna, uang jaga-jaga (emergency fund), walau antara belum menikah, sudah menikah, menikah dengan 1, 2, 3, 4 anak dan seterusnya, tentu berbeda-beda.
2. Tabungan (Money Saving)
Tujuan dari tabungan adalah menjaga stabilitas keuangan keluarga dan syukur-syukur bisa mengalahkan inflasi. Selain itu, sebagai pembiasaan untuk tidak boros alias untuk berhemat.
Karena menabung seyogyanya di awal (disisihkan), bukan di akhir (disisakan). Misalnya, arus kas masuk dari aktivitas kerja/bisnis, portofolio aset investasi, aset produktif atau hasil investasi ala syirkah 1-5 tahun ke depan
Contohnya antara lain: obligasi, sukuk, properti yang disewakan dan lainnya. Jika hari ini kita belum ada uangnya, kita tunggu 1-6 bulan ke depan menyisihkannya, baru kita 'belanjakan' untuk hal di atas.
Jika kita sudah ada uangnya, bisa mulai dari yang terkecil, walau tentu imbal hasilnya juga lebih kecil. Pointnya adalah bagaimana membangun kebiasaan untuk tetap bisa menabung.
3. Investasi (Money Investing)
Tujuan dari investasi adalah untuk menghimpun aset kekayaan kita yang nantinya bisa dijual dengan potensial keuntungan.
Aset bertumbuh ini baik dari real asset, intellectual asset, digital asset, portofolio asset 10 tahun ke depan.
Misalnya, saham kita di perusahaan terbuka dan perusahaan tertutup. Tanah yang diproduktifkan dengan menanam padi/palawijaya di atasnya, dengan konsep bagi hasil.
Apapun bentuknya, kita punya productive income dalam skala waktu yang lebih lama. Apalagi jika hari ini, usia produktif kita sudah mendekati masa pensiun. Jadi, rasa aman atau tidak aman keuangan, kitalah yang menentukannya.
Tetapi sebagai makhluk yang berpikir, kita punya alat untuk meminimalisir rasa aman atau tidak aman tersebut dengan perencanaan keuangan yang sehat.
Siap punya simpanan, tabungan dan investasi?
Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected] SMS 0815 1999 4916.