Jumat 20 Apr 2018 14:21 WIB

Ciletuh Palabuhanratu Geopark Dunia Pertama di Jabar

Pengakuan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Sukabumi dan Jawa Barat.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Winda Destiana Putri
Suasana objek wisata Curug (air terjun) Sodong di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (23/4). Curug Sodong merupakan salah satu destinasi wisata alam yang terletak di dalam kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.
Foto: Antara/Budiyanto
Suasana objek wisata Curug (air terjun) Sodong di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (23/4). Curug Sodong merupakan salah satu destinasi wisata alam yang terletak di dalam kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.

REPUBLIKA.CO.ID, Geopark Ciletuh Palabuhanratu pada April 2018 secara resmi dinobatkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Pengakuan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Sukabumi dan Jawa Barat.

Sebabnya, geopark Ciletuh menjadi geopark dunia pertama di Jabar. Pada saat yang bersamaan UNESCO juga mengakui Geopark Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB). Sehingga di Indonesia kini terdapat empat geopark dunia yakni Gunung Batur di Bali yang diakui UNESCO pada sekitar 2012 dan berikutnya Gunung Sewu di Yogyakarta pada 2015.

"Menjadi kebanggaan Ciletuh-Palabuhanratu sebagai geopark pertama di Jabar yang diakui UNESCO," ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau sering disapa Aher kepada wartawan di Pantai Palangpang Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi Ahad (15/4). Hal ini disampaikan di sela-sela acara Geopark Ciletuh Palabuhanratu Fun Day Towards UNESCO Global Geopark.

Setelah penobatan pada April ini ungkap Aher, rencananya pemberian sertifikat UNESCO Global Geopark (UGG) baru dilakukan pada sidang berikutnya di Portugal September mendatang. Pengakuan ini menjadi kabar gembira bagi masyarakat Sukabumi dan Jabar karena Ciletuh resmi masuk dalam UGG.

Proses pengakuan Ciletuh Palabuhanratu menjadi geopark dunia hanya membutuhkan waktu sekitar tiga tahun setelah ditetapkan sebagai geopark nasional pada 2015 lalu. Sementara untuk geopark yang lain membutuhkan waktu antara 10 hingga 15 tahun sejak ditetapkan menjadi geopark nasional untuk diakui UNESCO.

Ke depan lanjut Aher, Sukabumi harus melakukan penataan terus menerus terutama mengenai rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan rencana detail tata ruang (RDTR). Desain kawasan ini dilakukan dengan baik supaya di kawasan Geopark Ciletuh tumbuh sarana yang terlihat indah dan nyaman serta bagus sesuai ketentuan yang ada.

Ketika seseorang atau perusahaan akan membangun hotel maka harus disesuaikan dengan perda RDTR untuk melihat keindahan geopark. Selain itu nantinya kawasan geopark juga harus dilengkapi dengan sarana umum seperti toilet, fasilitas ibadah, pertokaan atau pasar. Bahkan pemerintah akan membangun bandara yang akan memudahkan warga berkunjung ke geopark.

Di mana waktu tempuh dari bandara ke geopark bisa mencapai satu hingga dua jam. Ketersediaan berbagai sarana ini untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung.

Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, warga Sukabumi merasa bersyukur bahwa perjuangan yang sudah dilakukan tim percepatan geopark bisa memperoleh hasil maksimal. ''Yang lain baru 10 tahun lebih jadi geopark dunia, sementara Ciletuh baru dua atau tiga tahun sudah bisa,'' imbuh dia.

Setelah penetapan UNESCO, Marwan mengakui persoalan geopark tidak semakin mudah karena ada catatan yang harus diperbaiki. Terutama yang paling penting bagaimana peran masyarakat dalam pengelolaan geopark.

Bukan hanya pemerintah dan pengusaha tapi geopark ini milik masyarakat terutama di daerah sekitar kawasan. Di mana masyarakat bisa merasakan dampak positif dari geopark serta menjaga kawasan geopark agar terawat dengan baik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement