REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI--Reputasi abaya, pakaian tradisional khas Timur Tengah yang lebih identik dengan kesan kolot dan konservatif mulai bergeser. Kini Abaya telah menjadi komoditas baru dalam pasar fesyen dunia. Jadi, jangan heran kalau modifikasi Abaya yang dipadu padan fesyen barat banyak terlihat dalam pagelaran busana di New York, London dan Paris.
Abaya pada dasarnya adalah gaun seperti jubah yang dikenakan oleh perempuan di sejumlah negara teluk. Abaya ini biasa digunakan menutupi seluruh bagian tubuh kecuali wajah, kaki dan tangan.
Nyaris tidak ada aksesoris pemanis yang menempel pada abaya. Sekalipun ada, pengenaan abaya biasanya dibarengi oleh niqab atau cadar guna menutupi tiga perempat wajah kecuali mata.
Nah, penggunaan abaya mulai berevolusi di sejumlah negara teluk. Kesan kolot coba diubah dengan memberi sejumlah aksesoris atau modifikasi pada bahan kain, seperti ikat pinggang, manik-manik ataupun ornamen bordiran pada bahan kain.
Walhasil, wajah abaya, layaknya batik di Indonesia, tidak lagi tua, melainkan jadilebih segar dan sedap dipandang mata. Bayangkan Abaya yang dihiasi kristal Swarovski, manik-manik, mutiara, dan bunga satin. Bisa jadi perempuan dunia Islam membuat iri penggila fesyen di dunia barat.
Sinyalemen ketertarikan terhadap modifikasi abaya mulai berdatangan dari sejumlah rumah mode ternama dunia seperti Nina Ricci dan Jean Claude (Perancis), Blumarine dan Alberta Feretti (Italia), Martin Grant (Australia) dan Carolina Herrera (AS).
Tak mau ketinggalan, desainer Inggris yang menawarkan abaya dengan mengkombinasikan kerudung sebagai pengganti cadar yang dipadankan dengan celana panjang bermotifkan bunga khas Inggris.
Tentu saja desainer berbakat dari negara abaya berasal, seperti Elie Saab, Robert Abi Nader Abed Mahfouz, Walid Attalah, dan Essa melakukan revolusi dalam fesyen dunia Islam dengan memadukan unsur-unsur modern dan budaya Islam.
"Saya menyadari perempuan di Arab Saudi memakai merek-merek desainer ternama tapi harus menutupinya dengan abaya hitam. Aku ingin mereka bisa memakainya dengan senang hati, bukan hanya sebagai sebuah kewajiban," papar General Manager Saks Fifth Avenue, Arab Saudi, Dania Tarhini, kepada Agence-France Presse, seperti dilansir Al Arabiya, Senin (18/4).
Tarhini mengatakan diawal sulit untuk menarik minat desainer barat untuk menggarap Abaya. Seiring sejalan, menurut Tahrini, perspektif disainer barat mulai berubah. Mereka justru tertentang untuk menggabungkan elemen Abaya yang konservatif dengan fesyen barat yang anggun.
"Pada awalnya para desainer tidak begitu antusias, mereka tidak benar-benar mengerti, mereka tidak bisa membayangkan bagaimana membuat abaya menjadi sebuah fesyen yang wah," katanya.
Desainer asal Portugal, Felipe Oliveira Baptista, menilai modifikasi Abaya merupakan tantangan. "Sangat menarik untuk membuat desain gaun yang memiliki riwayat yang sangat spesifik," ungkapnya.
Sejauh perkembangnya, potensi Abaya yang dimodifikasi cukup menggiurkan pasar fesyen dunia. Kini, harga yang ditawarkan rumah-rumah mode cukup provokatif yakni rata-rata $ 10.000. Rumah mode berbasis di Dubai bahkan menjual abaya biaya antara $ 1500 sampai $ 10.000.