REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setidaknya ada 11 rahasia mengapa novel “Ayat-Ayat Cinta” (AAC) yang ditulis oleh Habiburrahman El-Shirazy dan diterbitkan oleh Republika Penerbit sejak lebih 10 tahun silam menjadi salah satu buku terlaris. Pertama, orisinalitas. Kedua, detil yang menggoda. Ketiga, konflik yang kuat.
Kunci sukses keempat novel AAC adalah unsur jenaka atau humor. Sebuah novel yang mengharukan dan menguras air mata pembacanya tidak berarti tidak ada unsure humor di dalamnya. Justru unsur humor atau kejenakaan itu membuat novel itu terasa makin segar dan menggoda.
Bukankah tertawa dan menangis, tersenyum dan bersedih merupakan romantika hidup dan sunnatullah?
Dalam novel AAC banyak hal yang mengundang senyum bahkan tawa pembaca, misalnya: Ketika Aisha mengusulkan kepada Fahri (suaminya) untuk minum ramuan obat kuat terbuat dari kadal bernama Dhab Mashri, pada malam pertama setelah pernikahan, dan keduanya menginap di Hotel Stefano, Alexandria:
‘’Sayang, Dhab Mashri-nya dicoba yuk!’’
"Dhab Mashri-nya tidak kubawa.’’
‘’Kenapa?’’
‘’Aku takut menjelma jadi kadal.’’
Aisha tertawa geli.’’ (hlm 294)