Jumat 05 Feb 2016 06:39 WIB

Orang yang Terlalu Sopan Ternyata Harus Paling Diwaspadai

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Orang yang terlalu sopan bisa jadi menyimpan perilaku tak baik di belakanganya.
Foto: ist
Orang yang terlalu sopan bisa jadi menyimpan perilaku tak baik di belakanganya.

REPUBLIKA.CO.ID, Pernahkah Anda bertemu seseorang yang sangat sopan? Lalu, Anda justru malah berpikir negatif tentang orang itu?

Dilansir dari Life Hack, sebuah penelitian yang dirilis pada Desember 2015 menunjukkan, Anda mungkin berpikir perilaku sangat sopan merupakan hal yang biasa. Namun, di balik itu, sikap yang berlebihan bisa menjadi tanda ada hal yang tidak baik di belakangnya.

Pertemuan tahunan Asosiasi Komputasi Linguistik di Beijing (AMACL) baru saja merilis sebuah temuan. AMACL menyatakan, mereka yang "sopan berlebihan" jauh lebih mungkin untuk mengkhianati rekannya dibandingkan dengan mereka yang biasa saja.

Para peneliti di AMACL ini terlibat dalam studi mendalam tentang diplomasi berupa permainan strategi yang disimulasikan pada pra-Perang Dunia I di Eropa.

Alih-alih menggunakan dadu, kartu, atau alat lain, para "pemain diplomasi" pada masa itu hanya mengandalkan komunikasi dan keterampilan manipulasi sosial. Para peneliti kemudian mendapatkan kesimpulan setelah meneliti dialog antarpemain diplomasi.

Ternyata, ada indikasi pengkhianatan yang ditemukan. Tanda yang paling jelas terlihat adalah dengan adanya perubahan mendadak dalam nada percakapan. Percakapan biasa akan berubah menjadi lebih positif, terstruktur, dan sangat sopan.

(baca: Pria, Raih Respek Si Dia dengan Cara Ini)

Dalam satu percakapan, Jerman dan Austria berbicara tentang bagaimana menggabungkan kekuatan untuk menghilangkan ancaman tertentu. Austria menyetujui usulan Jerman untuk memindahkan angkatan bersenjata yang ada di timur, tapi kemudian Austria justru menginvasi Jerman.

Dalam diplomasi, menjadi terlalu sopan adalah salah satu strategi perang. Bagi negara yang tidak tahu, tentu tidak akan curiga sehingga strategi tersebut efektif dilakukan untuk menyerang.

Bahkan, sistem komputerisasi secara akurat memprediksi pengkhianatan melalui strategi ini efektif sebesar 57 persen. Tingkat efektivitasnya dinilai sangat besar mengingat strategi ini dilakukan hanya menggunakan bahasa dan sikap.

Meski penelitian mengenai hal ini sangat menarik, belum ada data pasti yang menunjukkan konsep ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Danescu-Niculescu-Mizil, seorang ilmuwan komputer di Cornell University, penelitian ini sementara tidak boleh digunakan sebagai dasar tunggal untuk menilai orang lain. Bahasa dan perilaku seseorang pastinya dipengaruhi dengan seberapa dekat orang itu dengan orang lain.

"Menilai orang yang terlalu sopan perlu dibarengi dengan penilaian rasional dalam konteks hubungan yang lebih besar," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement