REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggrek merupakan salah satu kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Salah satu anggrek lokal, yaitu anggrek bulan (Phalaenopsis amabiis) bahkan ditetapkan sebagai puspa pesona atau bunga nasional Indonesia dari tiga jenis bunga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan harapan mampu mewakili karakteristik bangsa dan negara Indonesia.
Dengan keragamannya, anggrek bisa ditemukan di berbagai ekosistem di Indonesia, baik di hutan, karst, dan ekosistem Iainnya. Bunga anggrek yang tak hanya elok dipandang ini memiliki kandungan potensi untuk kecantikan, kesehatan, dan manfaat Iainnya.
Mirisnya, potensi ancaman terhadap keberadaan anggrek Indonesia masih tergolong besar, baik karena bencana alam, alih fungsi lahan, maupun pencurian sumber daya genetik. Penyelamatan dan pelestarian plasma nutfah anggrek menjadi prioritas yang harus dilakukan.
Menurut kurator anggrek di Kebun Raya Bogor, Sofi Mursidawati, saat ini Indonesia memiliki sekitar 5.000 spesies anggrek. Bahkan, beberapa ahli percaya sebenarnya spesies anggrek lebih dari 6.000. Sayangnya, banyak anggrek yang sudah hilang atau mati sebelum ditemukan lantaran habitat anggrek endemis yang berada di hutan belantara.
"Jadi, 60 persen sampai 70 persen anggrek merupakan epifit yang menggantung di pohon. Jadi ketika pohon itu mati atau ditebang, habis pulalah riwayatnya," ujar Sofie di Martha Tilaar Center, Selasa (16/2).
Ancaman dari perubahan iklim juga terus menghantui kehidupan bunga liar tersebut. Padahal, Indonesia merupakan negara nomor dua di dunia setelah Brasil yang memiliki level endemis terbanyak. "Level endemis Indonesia sangat banyak, satu per sepuluh keragaman anggrek di dunia ada di Indonesia," ujarnya.