REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia Bermutu mengadakan lomba penulisan kisah nyata (true story) untuk para guru se-Indonesia. Lomba tersebut diadakan sejak tahun lalu, dan diputuskan pemenangnya, yakni 10 terbaik, pada akhir Februari 2016.
Ketua Umum Indonesia Bermutu Awaluddin Tjalla mengatakan, true story merupakan gambaran bagaimana guru melukiskan tentang profesi dan kehidupannya. Variasi tema tulisan menunjukkan keberagaman persoalan dan kisah-kisah inspiratif.
Hal ini, kata Awaluddin, membuktikan bahwa keberadaan guru membangun semua sisi kehidupan, tema-tema yang diangkapkat oleh penulis makin menguatkan bahwa guru adalah pejuang yang harus diberi tanda jasa dan penghormatan tanpa batas.
“Tema tulisan sangat bervariasi, masing-masing tema memberikan warna dan menggambarkan fakta-fakta sosiologis dan keberagaman perspektif tentang sosok seorang guru. Berbagai perspektif tersebut menunjukkan dinamika dan berbagai persoalan yang dihadapi oleh sang guru sesuai dengan karakteristik masyarakat yang dihadapi dan daerah di mana ia bertugas,” kata Awaluddin dalam rilis, Kamis (7/4).
Awaluddin menambahkan, tulisan berisi fakta, persoalan, dan perspektif yang dituliskan berdasarkan apa yang dialami dan apa yang mereka pikirkan. Hal ini memberikan gambaran dan tidak bisa dipungkuri bahwa niat dan motivasi menjadi guru sangat bervariasi.
“Artinya, disadari atau tidak, tulisan-tulisan tersebut menggambarkan penilaian dan perspektif berdasarkan kajian sosiologis, psikologis, idelogis, dan bahkan persepektif agama. Itulah realitas yang sarat makna dan inspiratif,” ujar Awaluddin.
Ia mengemukakan, program Lomba True Story ini telah memberikan ruang bagi guru untuk semakin dikagumi masyarakat. Kegiatan ini akan menjadi salah satu icon Indonesia Bermutu (IB) dan ke depan IB akan lebih mengayomi dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada guru yang telah menebar jasa yang tiada tara,” tutur lelaki yang akrab dipanggil Awal itu.
Peneliti IB Jaka Warsihna mengungkapkan, menilai hasil karya luar biasa para guru itu sangat tidak mudah. “Menilai sekitar 792 naskah True Story yang ditulis berdasarkan pengalaman nyata merupakan kesulitan tersendiri, memilih 45 naskah dan mengerucut ke 10 naskah terbaik sungguh sangat sulit,” ujar Jaka.
Jaka menambahkan, setiap naskah memiliki keunikan masing-masing dan punya makna khas. “Melalui cerita itu, kita seakan dibawa ke alam yang sangat menakjubkan sambil membayangkan bahwa kenyataan yang sebenarnya jauh lebih dahsyat dari apa yang dituliskan,” paparnya.
Menurut Jaka, True Story ini merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mengungkap makna dibalik sebuah kisah. Ini adalah sebuah kemampuan untuk merefleksikan sesuatu yang tidak boleh dilupakan dalam hidup.
“Penulis mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang mereka pikirkan berdasarkan apa yang dialami. Ketika itu diramu menjadi suatu karya tulis, ia akan menjadi maha karya yang sangat inspiratif dan ini merupakan potensi luar biasa untuk kemajuan bangsa,” tutur Jaka.
Pendiri IB Burhanuddin Tolla menambahkan, Lomba True Story ini harus terus dikembangkan dari tahun ke tahun. “Untuk menampung lebih banyak inspirasi, lomba ini dapat dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat bawah, regional, dan nasional,” ujar Burhanuddin.
Hal tersebut, kata Burhanuddin, akan merangsang guru untuk terus dan terbiasa menulis. Apabila guru sudah terbiasa menulis, maka kualitas dan mutunya akan meningkat secara otomatis.
Inilah, kata Burhanuddin, salah satu tahapan terpenting dalam rangka menuju bangsa Indonesia bermutu, berawal dari guru bermutu, siswa bermutu akan membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang bermutu. “Tidaklah berlebihan jika kita katakan bahwa inilah wajah Indonesia di masa depan,” tutur Burhanuddin.
Ketua IKAPI DKI Jakarta yang juga fungsionaris IB Evi Afrizal Sinaro berpendapat, program yang dilaksanakan oleh IB ini adalah salah satu kerja yang sangat inspiratif, sangat memotivasi masyarakat untuk menulis. “Kegiatan luar biasa ini menjadi pemicu tumbuhnya budaya literasi di dunia pendidikan,” kata Afrizal.
Selama ini, Afrizal menambahkan, penerbit sulit mendapatkan naskah. Namun kegiatan ini sangat menginspirasi para penerbit untuk mendapatkan naskah atau tulisan yang bermutu untuk menjadi bacaan bagi masyarakat.
“Naskah-naskah terbaik ini perlu kita bukukan agar masyarakat luas menjadi makin paham apa arti pendidikan, dan bagaimana peran guru yang sesungguhnya,” tuturnya.
Menurutnya, program ini harus ditindaklanjuti. “Untuk makin menguatkan, IB perlu berkolaborasi dengan Kemdikbud dan Kemenag dalam rangka menyediakan buku-buku dan bahan bacaan bermutu bagi pelaku pendidikan, masyarakat, dan peserta didik,” papar Afrizal Sinaro.