Kamis 22 Sep 2016 10:16 WIB

Pertimbangkan Ini Sebelum Anda Menjadi Ekspat di Singapura

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja berjalan di kawasan distrik finansial Marina Bays Singapura.
Foto: AP
Pekerja berjalan di kawasan distrik finansial Marina Bays Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan terbaru HSBC kembali menyebut Singapura sebagai negara terbaik bagi ekspatriat. Setelah melakukan survei terhadap 27 ribu orang yang membuat peringkat dari 45 negara terkait topik tentang gaji, pengalaman, dan keluarga, sebanyak 60 persen mengatakan Singapura sebagai pilihan terbaik.

Peserta survei mengatakan bekerja di Singapura membantu meningkatkan karier mereka dan pendapatannya setelah pindah ke negara lain. Survei menemukan rata-rata pendapatan tahun ekspat di Singapura adalah 139 ribu dolar AS (Rp 1,8 miliar), dibandingkan dengan rata-rata pendapatan tahunan ekspat di dunia yakni 97 ribu dolar AS (Rp 1,3 miliar).

Sebanyak 66 persen peserta survei juga mengatakan Singapura menawarkan kualitas kehidupan yang lebih baik pula dibandingkan negara mereka sendiri.

Namun, sebelum Anda memutuskan mencari pekerjaan di Singapura dan pindah ke sana ada beberapa hal yang dipertimbangkan.

Pajak mobil menjulang tinggi

Bagi Anda yang ingin membeli mobil pribadi, maka siap-siaplah merogoh kocek yang dalam. Sebuah Toyota Camry yang di Amerika harganya 25 ribu dolar AS, dijual dengan harga 107.124 dolar AS di Singapura.

Tingginya pajak ini bertujuan agar masyarakat menggunakan transprotsi umum untuk bepergian sehingga dapat menekan jumlah mobil di jalanan. Lagipula, Singapura negara yang terlalu kecil luasannya untuk dipenuhi dengan mobil.

Selalu berada di bawah pengawasan

Menetap di Singapura, Anda harus membiasakan diri dengan sejumlah kamera yang disebar hampir disetiap sudut kota. Menurut harian Strait Times, sejak 2012 setidaknya lebih dari 52 ribu kamera polisi yang telah dipasang di 8.600 titik. Pemasangan kamera ini dimaksudkan untuk mengawasi masyarakat yang membuang sampah sembarangan, parkir ilegal dan menghindari adanya tindakan kekerasan di ruang publik.

Setiap sudut dipenuhi dengan orang-orang

Singapura adalah negara yang dari segi luasannya sangat sempit. Sehingga, setiap ruang publik selalu dipenuhi dengan orang-orang. Salah satunya pusat-pusat menjual makanan.

Bahkan, mereka harus menggunakan box tissue untuk menandakan bahwa meja mereka sudah dipesan. Cara ini disebut juga dengan chope-ing.

Gaya hidup yang sangat tinggi

Masyarakat Singapura memiliki gaya hidup yang sangat tinggi. Mereka tidak ingin disebut-sebut sebagai orang yang ketinggalan zaman. Tingkat sosial sangat dipertimbangkan oleh masyarakat Singapura. Contohnya, para orangtua akan berbondong-bondong menyekolahkan anak mereka ke sekolah yang mahal dan elite.

Melegalkan LGBT

Masyarakat Singapura yang gay dapat menjalani kebidupan seperti yang mereka inginkan. Di Singapura tersedia bar dan club khusus bagi LGBT.

Aktivitas yang mendukung gerakan LGBT juga bebas dilakukan seperti sebuah event yang disebut Pink Dot. Event ini bertujuan untuk memberi dukungan terhadap adanya perbedaan. Orang asing yang merasa tidak nyaman dengan bentuk-bentuk dukungan ini tidak diizinkan untuk protes, dilansir dari BBC.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement