REPUBLIKA.CO.ID, JKAARTA -- Seketika pelaku usaha ramai-ramai melebarkan jaringan pemasaran ke dunia maya, pemain e-commerce fesyen Berrybenka justru melakukan strategi sebaliknya. Tahun ini, startup akan memperkuat pijakan bisnis dengan menghadirkan toko sementara (pop up store) dan gerai permanen.
Managing Director Berrybenka, Danu Wicaksana mengatakan toko fisik Berrybenka merupakan bagian dari konsep anyar yang diterapkan mulai tahun ini, yaitu penjualan online to offline (O2O). "Strategi kami ada tiga, omni channel, personal shopper dan new category. Omni Channel itu tepat dilakukan di Indonesia, karena marketnya potensial karena 75 persen konsumen khususnya belanja baju suka dengan ke toko atau offline," ujarnya saat acara 'Media Luncheon Berrybenka Journey in 2016 and Strategy in 2017' di Restoran Penang Bistro, Jakarta, Kamis (26/1).
Menurutnya, sepanjang tahun 2017 Berrybenka akan membuka 20 pop up store dan gerai permanen di seluruh Indonesia. Namun, pihaknya menyimpan rapat informasi biaya investasinya. Toko offline ini akan menjual produk merek sendiri alias private label.
Selain menyapa pembeli secara fisik, Berrybenka akan memperkuat private label. Kini kontribusi penjualan private label 45 persen dari sales. "Melihat besarnya animo pasar di private label, kami memutuskan sejak tahun ini membuka toko offline sementara (pop up store) untuk memperbesar private label," kata Danu.
Kendati demikian, Berrybenka mengaku terus melakukan pemasaran secara online. Langkah ini untuk semakin memuaskan pelanggan, bahkan Berrybenka menawarkan solusi lain utnuk pelanggan bisa berbelanja melalui website serta chatting. "Minimal 75-80 persen untuk online dan sisanya mendukung offline," ungkapnya.