REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis muda Hanum Rais kembali meluncurkan buku. Setelah menulis 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika yang keduanya diadaptasi ke layar lebar, Hanum menuliskan secuplik kisah hidupnya melalui buku bertajuk I Am Sarahza. Buku dengan sampul berwarna biru ini resmi diluncurkan pada Islamic Book Fair ke-17 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (20/4).
Sarahza merupakan nama dari buah hati Hanum yang dianggapnya sebagai sebuah jawaban dari Allah atas segala usaha yang ia lakukan selama ini. Dalam buku I Am Sarahza, Hanum mengisahkan seluruh proses yang dilakukannya dan sang suami untuk mendapat keturunan. Termasuk, proses kedokteran yang menelan banyak waktu, energi, dan biaya.
Hanum menjelaskan, buku I Am Sarahza tidak sekadar mengisahkan perjuangan bagaimana seorang perempuan berjibaku dengan segala kegagalan dan berani bangkat lagi untuk memperoleh keturunan. "Tapi, banyak petuah, wejangan, dan ajaran dari kedua orang tua yang saya tumpahkan ke buku ini," ucapnya di sela acara Bedah Buku I Am Sarahza di kantor Republika, Jakarta Selatan, Kamis (26/4).
Menurut Hanum, kedua orang tuanya merupakan teladan yang memberikan banyak pelajaran kehidupan, termasuk ketika harus menantikan buah hati. Hanum merasa, dia kini jauh lebih beruntung karena tumbuh besar di antara kemajuan teknologi ilmu genetika. Sedangkan, pada zaman dulu, kedua orang tuanya hanya berpegang teguh pada rekayasa doa.
Kekuatan wejangan dari orang tua banyak digambarkan oleh Hanum dalam buku I Am Sarahza. Sebab, hal itulah yang membuatnya bisa kembali berdiri tegak setelah beberapa kali gagal dalam memperoleh keturunan. "Semuanya saya tumpahkan ke buku ini untuk menggambarkan betapa besarnya pengaruh dorongan dari orang tua kepada saya," tutur putri dari politikus senior Amien Rais ini.
Lebih dari sekadar buku, Hanum menggambarkan I Am Sarahza sebagai sebuah memoar. Di dalamnya berisikan bagaimana sebuah sistem dari keluarga merupakan unsur terpenting untuk memberikan pengaruh dalam memberikan motivasi hidup. Bisa dikatakan, dukungan dari keluarga jauh lebih penting dibandingkan bujet.
Hanum menjelaskan, I Am Sarahza mengisahkan 100 persen fakta. Alur cerita, tempat, dan karakter yang ditampilkan merupakan nyata. Dibandingkan lima buku sebelumnya, Hanum menyebut I Am Sarahza sebagai karya yang paling berkesan. Sebab, selama proses penulisan, ia kerap menangis dan terenyuh, mengingat perjuangannya selama beberapa tahun terakhir.
Meski secara riset tidak membutuhkan studi apa pun, buku ini menjadi karya yang paling menguras emosi. "Beda dengan buku-buku sebelumnya yang saya harus riset ke mana-mana, buku ini saya cukup riset saat-saat di mana saya gagal," ujar Hanum yang merupakan mantan jurnalis ini.
Untuk menggambarkan isi dan judulnya, Hanum memilih gambar janin sebagai sampulnya. Di dalamnya, tersemat lafaz samar yang selalu terajut dalam hati dan pikiran, jiwa, maupun raga. Kekuatan itu mampu menaungi manusia dalam memperjuangkan kehidupan, yakni lafaz Allah SWT.
Dalam buku I Am Sarahza, Hanum turut mengisahkan bagaimana sang ayah, Amien Rais, menunaikan nazar untuk berjalan kaki hingga 65 kilometer apabila dirinya hamil. Nazar tersebut dipenuhi Amien dengan berjalan dari Yogya ke Solo selama beberapa kali. "Kenapa jalan? Karena saya merasa, dengan jalan, banyak hikmah dan kenikmatan yang bisa saya lihat dan rasakan," ucap Amien yang turut hadir dalam acara bedah buku.
Amien juga mengisahkan bagaimana sosok Hanum yang begitu kuat menghadapi tantangan hidup dalam mendapatkan keturunan. Sebagai seseorang dengan pengalaman serupa, ia merasakan betapa beratnya harus menantikan buah hati setelah belasan tahun menikah.
Dari lima anak Amien, Hanum menjadi yang paling terakhir mendapatkan keturunan. Meski tidak menunjukkan perasaannya secara gamblang, Amien memahami tekanan yang dialami anaknya tersebut. "Ketika keluarga lagi kumpul, cucu-cucu lain lagi lari, Hanum hanya tertawa. Tapi, saya tahu, tertawanya itu tidak lepas," tuturnya.
Melalui buku ini, Amien berharap bisa memotivasi pembaca untuk tak pantang menyerah. Menurut dia, Indonesia membutuhkan generasi penerus hebat, yang terus menyambung habluminallah agar Indonesia terus maju.
Direktur Republika Penerbit Arys Hilman Nugraha menuturkan, I Am Sarahza memiliki moral cerita yang kuat. Bukan hanya perjuangan pasangan Hanum-Rangga selama 11 tahun mendapat keturunan, melainkan juga bakti anak kepada orang tua. "Begitupun sebaliknya, kekuatan doa orang tua untuk anak-anak mereka dan kedahsyatan ikatan keluarga," ucapnya.
Buku ini juga menunjukkan kasih sayang Tuhan atas hamba-Nya yang mau berupaya keras dan tidak putus berdoa. Ada pelajaran tentang para pejuang kehidupan, keikhlasan, dan kekuatan doa. Arys menambahkan, I Am Sarahza dapat menginspirasi siapa pun yang memiliki harapan tertentu dalam kehidupan. Di mana ada harapan, di situ ada kehidupan.