Jumat 21 Sep 2018 07:55 WIB

Alasan Jangan Terlalu Khawatir Pada Kesan Pertama

Seseorang justru lebih mengkhawatirkan penampilan diri sendiri dibanding lawan bicara

Rep: MGROL 111/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penampilan visual menjadi modal utama dalam pertemuan pertama.
Foto: Prayogi/Republika
Penampilan visual menjadi modal utama dalam pertemuan pertama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita semua tahu betapa pentingnya kesan pertama. Studi menunjukkan orang-orang akan membentuk opini tentang Anda dalam sepersepuluh milidetik. Sehingga membuat mereka berubah pikiran tentang penilaian sekejap itu dapat menjadi sangat sulit. 

Terkait hal tersebut, para psikolog meyakinkan bahwa sebenarnya seseorang tak perlu khawatir pada kesan pertama. Anda mungkin lebih baik pada kesan pertama seseorang lebih daripada yang dipikirkan. 

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science menemukan bahwa orang cenderung meremehkan berapa banyak orang yang baru mereka temui dan ternyata menyukai mereka. Dalam satu eksperimen, para peneliti mengamati peserta pasangan yang belum pernah bertemu sebelumnya untuk melakukan percakapan dan kemudian mengizinkan mereka untuk menilai seberapa besar mereka menyukai pasangan mereka dan seberapa banyak mereka pikir pasangan mereka menyukai mereka kembali. 

Dilansir melalui Mindbodygreen, rata-rata, orang cenderung berpikir bahwa mereka lebih menyukai orang lain dibandingkan sebaliknya. Para peneliti sendiri, sebagai pengamat, menemukan bahwa mereka dapat mengetahui dari isyarat yang terlihat.

“Mereka tampaknya terlalu sibuk dengan kekhawatiran mereka sendiri tentang apa yang harus mereka katakan untuk melihat sinyal orang lain menyukai mereka” kata Margaret Clark, Ph.D., Profesor psikologi Universitas Yale.

Selama beberapa percobaan, peserta merasa dirinya kurang disukai oleh pasangan mereka padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Mengapa kita tampaknya menganggap orang-orang seperti kita kurang disukai? Para penulis menyarankan banyak orang mungkin memiliki kecenderungan untuk mengkritik diri sebagai semacam refleks kelangsungan hidup.

Setelah orang melakukan percakapan, pikiran mereka cenderung kritis terhadap kinerja sosial mereka sendiri, dan mereka kemudian memproyeksikan pikiran-pikiran ini ke orang lain dan memiliki keraguan tentang seberapa banyak orang lain menyukai mereka. Salah satu ketakutan terbesar dalam hidup adalah evaluasi sosial. Jadi masuk akal bahwa orang-orang waspada terhadap setiap penyebab potensial untuk rasa malu atau kecanggungan sosial. 

Ketakutan akan cacat sosial yang akan terjadi dalam pandangan orang, kerap membuat seseorang hidup dengan ideal diri yang mungkin akan disukai banyak orang. Hal itu hanya akan membuat anda bersikap seperti orang lain dan bukannya menjadi diri sendiri.

Jelas, ada banyak kritik diri yang tidak disadari dan rasa takut yang mendalam yang melatarbelakangi perilaku sosial kita dan tampaknya mereka bahkan dapat mewarnai pandangan kita tentang hubungan kita.

Saat berikutnya Anda akan bertemu seseorang yang baru, tarik napas dalam-dalam. Cobalah latihan yang menenangkan untuk membuat diri Anda menjadi pola pikir positif. Setelah selesai, perhatikan jenis emosi apa yang Anda lampirkan pada evaluasi Anda tentang bagaimana pertemuan itu berlangsung.

Memang kesan pertama yang baik itu bagus untuk kelangsungan hubungan pertemanan bahkan romantis, tapi menjadi diri sendiri jauh lebih penting. Jadilah apa adanya dan tentu saja ada yang benar-benar menyukai anda secra tulus.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement