Jumat 10 Jan 2020 08:45 WIB

Empat Kiat Agar Pengusaha tak Rugi Dibayar Exposure

Exposure adalah kerja sama yang umum dilakukan antara pengiklan dengan influencer

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Christiyaningsih
Media sosial Instagram.
Foto: EPA
Media sosial Instagram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja sama yang baik antara pengusaha sebagai pengiklan dengan pengimpak (influencer) dapat menghadirkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Pihak pengiklan bisa mendapatkan exposure dari pengimpak agar produk atau jasanya semakin dikenal dan diminati masyarakat. Sedangkan pengimpak bisa mendapatkan biaya pemasaran yang besar dari pengiklan.

Namun, kesalahan perhitungan dapat membuat pihak pengiklan terjebak dalam praktik marketing fraud yang berpotensi menyebabkan kerugian besar. Sebuah studi dari HypeAuditor misalnya, mengungkapkan bahwa 47 persen pengimpak di Singapura terindikasi melakukan kecurangan. Beberapa kecurangan yang dimaksud adalah membeli pengikut atau engagement palsu demi menaikkan tarif beriklan.

Baca Juga

Tak hanya itu, penelitian dari perusahaan keamanan siber Cheq mengungkapkan setidaknya 15 persen dari dana yang dikeluarkan pengiklan untuk biaya pemasaran lewat pengimpak hilang karena kecurangan pengimpak. Kerugian yang disebabkan kecurangan seperti pembelian pengikut palsu atau menciptakan persona palsu ini diperkirakan membuat pihak pengiklan rugi 1,3 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 18 triliun per tahun.

Karena itu, yang perlu dilakukan oleh pengiklan adalah melakukan perhitungan matang agar uang yang mereka keluarkan benar-benar tepat sasaran. Setidaknya ada empat tip yang perlu diperhatiakn agar pengiklan terhindar dari risiko kerugian saat bekerjasama dengan pengimpak. Berikut ini adalah empat tip tersebut seperti dilansir Techwire Asia.

1. Lihat lebih jauh

Adanya praktik membeli pengikut palsu yang dilakukan sebagian pengimpak didasari oleh obsesi pengiklan mengenai seberapa besar iklan bisa mencakup masyarakat. Semakin banyak jumlah pengikut, pengimpak bisa meminta bayaran yang lebih tinggi.

Pengiklan biasanya hanya terpaku pada jumlah pengikut yang dimiliki pengimpak. Padahal, apabila sebagian dari pengikut tersebut adalah pengikut palsu, target pemasaran yang ingin dicapai pengiklan akan sulit terwujud. Tak seperti pengikut asli, pengikut palsu tidak bisa menunjukkan engagement yang baik dan tidak bisa melakukan transaksi pembelian untuk sesuatu yang diiklankan.

Pengiklan sebaiknya lebih berfokus pada relevansi ketika hendak menjalin kerja sama dengan pengimpak. Salah satunya adalah dengan melihat seberapa banyak pangsa pasar bidikan pengiklan yang mampu dirangkul oleh pengimpak.

2. Kualitas itu prioritas

Jumlah like dan pengikut bisa saja dibeli, namun tidak ada jalan pintas untuk menciptakan sebuah konten yang berkualitas. Pengimpak terbaik akan menunjukkan kualitas dan kemampuan mereka melalui konten yang dihasilkan, entah itu dalam hal fotografi, videografi, tata gaya, ilustrasi, hingga sentuhan seni dalam riasan wajah. Pengimpak-pengimpak seperti inilah yang seharusnya dicari oleh pengiklan.

Memilih pengimpak berdasarkan kualitas konten yang dihasilkan daripada jumlah pengikut tak hanya dapat menjauhkan pengiklan dari risiko marketing fraud. Hal ini juga dapat membantu pengiklan untuk membuat kampanye atau iklan mereka mencapai performa yang lebih baik.

Perlu diketahui, algoritma Instagram mampu mengidentifikasi konten yang banyak dilihat atau dibicarakan oleh pengguna Instagram. Konten-konten ini akan secara otomatis ditampilkan kepada lebih banyak pengguna Instagram.

3. Menerima Like tersembunyi

Uji coba Instagram untuk menyembunyikan angka like menjadi hal yang cukup kontroversial. Sebagian pengusaha melihat hal ini dapat merugikan usaha mereka dalam mengiklankan produk atau jasa.

Padahal, like yang disembunyikan ini dapat menjauhkan pengusaha atau pengiklan untuk tidak memandang kesuksesan iklan mereka hanya berdasarkan tolak ukur kosong seperti jumlah like. Hal ini juga akan memberi kesempatan bagi pengimpak atau pembuat konten untuk lebih berfokus pada kualitas dan ciri khasnya. Pengimpak tak lagi harus merasa tertekan untuk mengejar banyak jumlah like dan bisa dengan bebas membuat konten yang dirasa lebih otentik.

4. Jaga tetap 'bersih'

Pengimpak yang berdedikasi sudah sepatutnya menghapus pengikut-pengikut tidak aktif yang ada di media sosialnya secara rutin. Pengikut yang tidak aktif dapat memberi dampak kurang baik bagi performa unggahan serta reputasi pengimpak.

Di samping itu, pihak pengiklan juga perlu lebih berusaha dalam memilih pengimpak yang hendak diajak bekerja sama. Sebelum membuat pilihan, pihak pengiklan perlu melakukan cek latar belakang dengan baik. Pastikan bahwa engagement rate pengimpak sesuai dengan jumlah pengikut yang dimiliki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement