REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gagasan mengenai desain tentang alam mungkin sudah sempat menjadi tren pada 1960-an atau bahkan lebih lama lagi. Namun, desainer saat ini semakin hari semakin inovatif dengan mengeluarkan berbagai terobosan pada desain dan bahan koleksi busana mereka.
Fashion stylist Adi Suranta mengungkapkan, sosok desainer Maggie Hutahuruk Eddy merupakan salah satu sosok jenius paling baru di dunia fashion. Menurutnya, Maggie memiliki ide fashion forward dan visioner dalam menumpahkan gagasan desainnya.
“Kalau desain lingkungan mungkin sudah ada dari 1960-an, sekarang sebenarnya hanya pengulangan. Tapi jeniusnya desainer sekarang ini mungkin dari materialnya dan memikirkan bagaimana pakaian koleksinya bisa dipakai berkali-kali,” ungkap Adi dalam pameran koleksi "Liga" dari jenama 2Madison Avenue milik Maggie yang digelar di Hotel Intercontinental, Jakarta, Selasa (18/2).
Koleksi desainer masa kini, menurut Adi, sudah harus mempunyai pesan baru bagi masyarakat dan bisa mengajak pembeli untuk pintar. Artinya, desainer harus menciptakan baju yang bisa dipakai berkali-kali dengan mix and match, sehingga pembeli diajak cerdas untuk tidak membeli pakaian yang sekali pakai saja.
“Cukuplah ya, tiga kali di New York Fashion Week, mungkin ke depannya Maggie harus ke Paris Fashion Week. Aku suka koleksi Maggie, sangat fokus karena bikin sendiri, suatu eksklusivitas itu penting dalam fashion, mungkin ke depan bisa angkat soal gender juga. Potongan koleksi Maggie juga harus di-upgrade lagi agar bisa lebih digunakan millenial,” papar Adi memberikan saran.
Kejeniusan Maggie dalam mengangkat bahan dan desain ramah lingkungan juga diakui oleh salah seorang pemerhati lingkungan hidup yang juga sebagai penulis dan peneliti, Nur Arif. Motif-motif yang digunakan dalam koleksi Maggie pun, menurut Arif, juga menjadi ajakan bagi masyarakat.
“Saya sangat terkejut karena lingkungan sudah dibawa ke dunia fashion. Ada motif terumbu karang dan Indonesia merupakan daerah terumbu karang terbesar. Jadi tema-tema itu yang bisa diangkat untuk mengajak jaga terumbu karang, hutan tropis, dan semua yang berhubungan dengan lingkungan,” kata Arif dalam kesempatan yang sama.
Masalah terbesar bagi dunia, menurut Arif, adalah plastik sebagai pencemar laut. Ia mengatakan, pada 10 hingga 20 tahun lagi, manusia akan mengandalkan makanan dari laut, karena terus bertambahnya jumlah penduduk yang akan membuat pertanian bergeser.
“Di Jepang misalnya, rumput laut sangat dibudidayakan, bahkan bisa mengubah rumput laut menjadi beras. Ke depan, itu makanan kita sebenarnya. Apakah itu sudah kita jaga? Karena laut adalah periuk Indonesia 10 sampai 20 tahun ke depan,” ujar Arif.
Ketiga, didik anak-anak sedini mungkin agar peduli pada lingkungan, kerjakan yang paling termudah di depan kita, ajak orang di sekitar kita, lakukan secepatnya jangan tunggu. Lalu keempat, siapkan limbah untuk kehidupan ekonomis dan praktis, ini memerlukan hal kreatif.