Selasa 23 Jun 2015 20:12 WIB

Ini Komentar Ahli Hadis soal Pernyataan Ade Armando

Rep: C38/ Red: Didi Purwadi
ilustrasi
Foto: Facebook
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial, Ade Armando, menolak hadis Nabi yang melarang minum sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri. Ade menilai hadis tersebut tidak rasional.

Menanggapi hal itu, Direktur Pusat Kajian Hadis Jakarta, Ahmad Lutfi Fathullah, menjelaskan duduk perkara hadits tersebut.

''Nabi memerintahkan untuk minum sambil duduk. Tapi, Rasulullah juga pernah minum sambil berdiri. Misalnya, saat minum air zam-zam,” kata Lutfi Fathullah, kepada Republika, Selasa (23/6).

Dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim, diterangkan bahwa Ibnu Abbas pernah memberi air zam-zam kepada Rasulullah lalu beliau meminumnya sambil berdiri. Selain itu, ada pula sejumlah hadits lain yang menyebutkan Nabi minum sambil berdiri.

“Tapi, minum sambil duduk tetap lebih utama. Minum sambil duduk itu hukumnya sunnah, sedangkan minum sambil berdiri hukumnya makruh,” lanjut Lutfi.

Terkait makan dengan tangan kiri, Rasulullah telah melarang perbuatan demikian. Rasul memerintahkan seorang Muslim makan dengan tangan kanan. Orang yang makan dengan tangan kiri itu menyerupai setan. Orang yang kidal sekalipun oleh Nabi tetap diminta membiasakan makan dengan tangan kanan.

Lewat situs Madanionline yang dipimpinnya, Ade sebelumnya menyerang hadist yang menyebut orang makan dengan tangan kiri itu menyerupai setan.

''Hadis semacam ini tak perlu diikuti karena alasan rasional: tidak masuk di akal! Apa urusannya Allah melarang orang makan sambil berdiri atau pakai tangan kiri? Membayangkan bahwa ada setan yang makan dengan tangan kiri juga sama absurdnya,'' tulis Ade seperti dikutip dalam sebuah artikelnya di Madinaonline, Selasa (23/6).

Artikel Ade Armando di situs pimpinannya tersebut menuai banyak komentar. ''Madinaonline media yang sangat hebat, berani menyalahkan nabi dan sahabat nabi yang menulis hadis. Lebih hebatnya lagi Madinaonline tidak berani mengkritik jokowi,'' tulis Muhammad Zihan Saragih.

Salim Al Fatih, pembaca lainnya, ikut menanggapi artikel Ade. ''Bukan tentang masalah rasional atau tidaknya, tapi ini masalah konsekuensi iman yang didapat dari proses rasional. Syariat bukan pada tempatnya untuk membahas secara filsafatis dan dicari rasionalitasnya. Syariat cukup sami'na wa atho'na,'' tulisnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement