Jumat 11 Mar 2016 06:25 WIB

Din Syamsuddin: BKMT Perkuat Dakwah Islamiyah

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Damanhuri Zuhri
Din Syamsuddin
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr Din Syamsuddin mengungkapkan kehadiran Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) selama puluhan tahun dapat memperkuat dakwah Islamiyah.

Terutama, kata Din Syamsuddin, di tengah kondisi Islam yang cukup terpojok saat ini. Bahkan, kelahiran BKMT dapat dipandang sebagai penjelmaan dari upaya umat Islam untuk mengatasi keadaan.

“Terutama pada rezim orde baru, pemerintahan tidak berpihak kepada Islam baik dengan melakukan depolitisasi Islam maupun ada yang menilainya sebagai proses deislamisasi,” ujar mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

Namun, Din menilai umat Islam melalui BKMT bisa memberikan respon yang taktis dan strategis menghadapi kasus tersebut. Dalam hal ini, BKMT mampu membawa kaum perempuan kembali ke Islam dengan mengaji.

Oleh karena itu, lanjut Din, BKMT mempunyai jasa dan perannya tersendiri dalam menyangga kerapuhan umat Islam dari tekanan politik negara sekaligus juga membimbing dan mengedepankan nilai-nilai Islam.

Selain itu, sambung Din, BKMT juga berperan dalam membangkitan kebudayaan Islam menjadi lebih luas, terutama dalam penggunaan simbol-simbol Islam seperti jilbab maupun hijab. “Ini yang membuat ada kesemarakan dakwah Islamiyah,” kata Din.

Maka setelah 35 tahun ini,  Din berpendapat BKMT perlu melakukan evaluasi dan introspeksi secara kritis bagaimana perjalanan organisasi.

''BKMT harus mempertajam lagi strategi dakwah baik ekspansi organisasi maupun pendekatan dakwahnya. Tidak hanya ekspansi organisasi, efektivitas dakwah juga perlu dikaji untuk mencerdaskan umat,'' kata Din menjelaskan.

Din mendorong BKMT untuk lebih kuat dalam mengatur strategi dakwahnya. Menurut dia, perlu ada studi ilmiah untuk merencanakan manajemen gerakan yang baik. Din juga menegaskan agar BKMT mulai mentrafsfer ilmu kepada generasi mudanya agar bisa lebih berkembang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement