REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Biro Investigasi Federal (FBI) tengah melakukan penyelidikan dugaan peretasan yang dilakukan Rusia terhadap email pribadi calon presiden Amerika Serikat Hillary Clinton. Hal tersebut dilakukan setelah tersebarnya sejumlah dokumen email Hillary Clinton melalui situs Wikileaks.
Ketua Kampanye Hillary Clinton, Johd Podesta, mengatakan, saat ini FBI sedang menyelidiki apakah Rusia menjadi dalang di balik proses peretasan email Hillary Clinton, kemudian memanfaatkan Wikileaks untuk menyebarkannya.
"Penyelidikan ini bagian dari penyelidikan yang lebih luas ke peretas-peretas di Partai Demokrat oleh kelompok-kelompok dengan ikatan Rusia,” ujar Podesta, seperti dikutip BBC, Kamis (13/10).
Selama hampir lima dekade berpolitik, Podesta mengaku, ini adalah pengalaman perdananya harus berurusan dengan pihak atau badan intelijen Rusia. “Rusia tampaknya aan melakukan segala hal yang mereka bisa untuk kepentingan lawan kami,” tuturnya.
Seperti diketahui, bocoran data terbaru dari Wikileaks menunjukkan email pada 17 Agustus 2014 milik Clinton. Dalam surat elektronik itu, Clinton tampaknya percaya Arab Saudi dan Qatar mendukung Negara Islam irak dan Suriah (ISIS), serta kelompok teroris lainnya. Dukungan itu terkait dengan dana dan logistik.
Calon presiden AS dari Partai Demokrat itu mengirim pesan terhadap Podesta untuk melakukan upaya diplomatik dan intelijen dalam menekan Arab Saudi dan Qatar. Dengan demikian, dua negara di Timur Tengah itu tidak lagi meneruskan dukungan pada ISIS yang keberadaannya mengancam keamanan dunia.