REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seiring dengan dimulainya tahun pelajaran baru di Mesir, banyak kalangan mengkhawatirkan terjadinya pertumpahan darah di kampus-kampus universitas terkait dengan krisis politik di ngara itu.
"Aktivis mahasiswa di berbagai universitas saat ini sudah terpola menjadi dua kubu, yakni pro dan kontra kudeta. Ini sangat mengkawatirkan bisa terjadi pertumpahan darah," kata pengamat sosial, Abdel Fatah Al Merghani dalam dalam perbincangan dengan Antara di Kairo, Senin.
Mergani merujuk pada penundaan tanggal masuknya tahun ajaran baru di sejumlah universitas yang seharusnya pertengahan September manjadi awal Oktober. "Penundaan tanggal masuk tahun ajaran baru dari 21 September menjadi 5 Oktober itu menunjukkan kekhawariran adanya krisis keamanan tersebut," ujarnya.
Merghani mempertanyaan alasan penundaan tanggal masuk oleh universitas yang menyatakan bahwa penundaan tersebut dilakukan karena belum rampungnya perbaikan gedung dan ruang-ruang kuliah.
"Alasan penundaan itu tidak masuk akal. Seharusnya universitas transparan mengumumkan bahwa alasannya adalah masalah krisis keamanan," katanya.
Sementara itu, kantor berita Mesir, MENA melaporkan telah terjadi unjuk rasa mahasiswa dalam jumlah kecil di beberapa kampus seperti di Universitas Ain Shams, Universitas Helwan dan Universitas Kairo untuk memprotes kude militer.
Di Universitas Kairo pada Ahad (22/9) sejumlah mahasiswa melancarkan protes terhadap kehadiran mantan Mufti Nasional Mesir, Prof Dr Syeikh Ali Goumah karena dianggap prokudera pelengseran Presiden Mohamed Moursi.
Kehadiran Syeikh Goumah di Fakultas Darul Ulum, Universitas Kairo, itu dalam kapasitas sebagai anggota tim penguji dalam sidang risalah (tesis) doktor oleh mahasiswa setempat.
Namun, di saat berlangsung acara, tiba-tiba sejumlah mahasiswa yang berada di dalam ruangan membuat keributan dengan meneriakkan yel-yel protes terhadap Ali Goumah sebagai antek kudeta militer.
Dalam wawancara dengan jaringan televisi NileTV, Syeikh Goumah menuduh Ikhwanul Muslimin menggerakkan mahasiswa untuk melecehkannya.
"Kalian Ikhwanul Muslimin telah gagal memberi pendidikan kepada anak-anak muda. Kalian telah menyebarkan 'takfir' (mengkafirkan orang lain), bukannya pengembangkan 'tafkir' (pemikiran)," ujar Prof Goumah menegaskan.