REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Jajaran Polresta Samarinda, Kalimantan Timur terus memantau aktivitas Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng yang mengatasnamakan Majelis Ta'lim Ukhuwwah, pascapenutupan yang dilakukan pemerintah daerah setempat sejak Kamis (6/10).
"Petugas terus melakukan pemantauan di lokasi Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Ta'lim Ukhuwwah, setelah dilakukan penutupan," ujar Kapolresta Samarinda Komisaris Besar Setyobudi Dwiputro di Samarinda, Jumat (7/10).
Pemantauan tersebut dilakukan dengan melakukan patroli rutin dengan melibatkan personel Polresta Samarinda, Polsekta Sungai Kunjang, Satpol PP dan pemerintah setempat. Pemantauan dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan yang bisa terjadi, pascapenutupan aktivitas Majelis Ta'lim Ukhuwwah.
"Ada personel yang yang melakukan pengawasan di lapangan serta berpatroli. Pemantauan tersebut juga melibatkan Ketua RT dan warga sekitar," kata Setyobudi.
Aktivitas Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Ta'lim Ukhuwwah yang terletak di Jalan IR Sutami, Gang Pusaka, sejak Kamis ditutup sementara. Penutupan tersebut dilakukan setelah terjadi kesepakatan antara sejumlah pihak diantaranya, Kementerian Agama Kota Samarinda, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kesbangpol, Polsekta Sungai Kunjang, Camat serta Lurah karang Asam Ulu.
Pengumuman penghentian aktivitas Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Ta'lim Ukhuwwah tersebut terlihat ditempel di dinding salah satu bangunan di padepokan tersebut. Pengumuman penutupan yang ditulis pada sebuah karton dengan tulisan tangan disebutkan berdasarkan kesepakatan bersama, Majelis Ta'lim Ukhuwwah untuk sementara aktivitasnya ditutup/dihentikan sementara, demi menjaga keamanan lingkungan.
Penyampaian kesepakatan tersebut ditandangani Kapolsek Sungai Kunjang, Camat, Lurah, Kemenag Samarinda, tokoh masyarakat serta perwakilan dari Majelis Ta'lim Ukhuwwah. Ketua RT 22, Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Neneng menyatakan penutupan sementara Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Ta'lim Ukhuwwah tersebut dilakukan berbagai unsur.
Langkah penutupan sementara itu menurut Neneng, sebagai jalan terbaik menyusul adanya reaksi warga sekitar yang merasa terganggu dengan aktivitas Majelis Ta'lim Ukhuwwah. "Sebenarnya, upaya itu cukup dilematis namun menurut saya ini merupakan cara terbaik sebab selama ini banyak warga yang mengaku merasa terganggu karena aktivitas di Majelis Ta'lim Ukhuwwah dilakukan hingga larut malam dengan menggunakan pengeras suara," ujar Neneng.
Pembina Majelis Ta'lim Ukhuwwah, Sumaryono membantah tudingan terkait kegiatan yang dilaksanakan oleh jamaah pada majelis ta'lim yang dipimpinnya dilakukan hingga larut malam dan mengganggu warga sekitar. "Selama sekitar enam sampai tujuh tahun keberadaan Majelis Ta'lim Ukhuwwah, tidak pernah terjadi keributan dan tidak pernah ada kegiatan yang menyimpang dari agama Islam maupun melanggar aturan dan dan tata tertib di masyarakat. Saya juga warga disana dan tentu ikut bertanggung jawab atas keamanan dan kenyamanan di kampung saya. Jadi, tidak benar jika kegiatan kami sampai mengganggu warga sekitar," katanya.
sumber : Antara