REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) memberikan tanggapan terkait hasil Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang menyebut Prabowo Subianto lebih dapat meraup dukungan dari kaum terpelajar. Menurut TKN hal tersebut cukup wajar mengingat jiwa oposisi kaum terpelajar lebih tinggi.
Wakil Ketua TKN Arsul Sani menyebutkan, kaum pelajar yang rata rata merupakan sarjana, mahasiswa maupun siswa sekolah menengah atas memiliki jiwa oposisi yang lebih kuat. "Jiwa oposisinya itu lebih banyak, jadi kalau misalnya kalangan terpelajar itu seperti itu bukan sesuatu yang mengherankan ya," kata Arsul ditemui di Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Jumat (8/2).
Arsul berpandangan, bila pejawat berkontestasi dalam suatu pemilihan, maka kalangan terpelajar memiliki kecenderungan untuk mencoba memilih pilihan alternatif. Namun, kata dia, bila melihat profil pemilih di Indonesia, maka yang disebut kalangan terpelajar adalah mahasiswa yang pernah kuliah dan sarjana dengan prosentase 12 persen.
Arsul justru menyebut, jumlah 12 persen itu lebih banyak terpengaruh ekspresi hoaks dan ujaran kebencian. Hal ini, kata Arsul, mau tidak mau memengaruhi dukungan pada Prabowo Sandi.
"Justru cukup tinggi ya dibandingkan dengan katakanlah masyarakat kita yang ada di pedesaan, dan kemudian yang tingkat pendidikan formalnya di bawah perguruan tinggi," ujar dia.
LSI Denny JA menyebut bahwa salah satu kantong suara yang memiliki pengaruh di dalam pemilu kali ini yaitu kantong suara pemilih dari kalangan terpelajar. Hasil survei menyatakan pasangan calon (paslon) presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 unggul di kalangan pemilih terpelajar, mencapai 44,2 persen.
Sementara itu dukungan kalangan pemilih terpelajar terhadap paslon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin hanya sebesar 37,7 persen. "Sementara, ada sebesar 18,1 persen pemilih kalangan terpelajar yang belum menentukan pilihan," katanya.
Peneliti LSI Denny JA Adji Alfarabi menilai, meskipun populasi pemilih kalangan terpelajar tersebut hanya 11,5 persen, namun kalangan terpelajar dinilai memiliki pengaruh sangat signifikan. Apalagi menurutnya pemilih kaum terpelajar cukup penting karena kemampuan mereka mempengaruhi opini publik.
"Pemilih terpelajar juga lebih suka isu-isu perubahan dan berjarak dengan kekuasaan. Umumnya mereka lebih kritis dengan apa yang dicapai pejawat lima tahun," ungkapnya.
Untuk diketahui survei dilakukan pada tanggal 18-25 Januari 2019. Survei tersebut melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi. Metode yang digunaka yaitu multistage random sampling dengan margin of error 2,8 persen.