Kamis 31 Mar 2016 13:26 WIB

Qatar Akui Perlakuan Buruk pada Pekerja Piala Dunia, Tapi...

 Kepala Komite Piala Dunia Qatar 2022 Hassan al-Thawadi
Foto: EPA/SHAMSHAHRIN SHAMSUDIN
Kepala Komite Piala Dunia Qatar 2022 Hassan al-Thawadi

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Kepala Komite Piala Dunia Qatar 2022 Hassan al-Thawadi mengakui adanya perlakuan tak pantas bagi sejumlah pekerja pada proyek Piala Dunia 2022. Tapi ia menegaskan komitmen Qatar melakukan reformasi sangat jelas dan teguh.

Al-Thawadi menyatakan tak ada pekerja yang meninggal saat bekerja di proyek Piala Dunia. Hingga saat ini, kata dia, sejumlah perbaikan telah diperkenalkan terkait kekhawatiran oleh laporan yang muncul terhadap perlakuan tak manusiawi terhadap para pekerja.

"Kami selalu mempertahankan Piala Dunia ini sebagai katalis perubahan. Ini (stadion dan proyek Piala Dunia) tidak dibangun dengan eksploitasi pekerja," sebut pernyataan dari Komite Piala Dunia Qatar seperti dikutip AFP, Kamis (31/3).

Pernyataan ini merupakan respons dari laporan organisasi nonpemerintah Amnesti Internasional yang dirilis Kamis bahwa telah terjadi penyiksaan terhadap para pekerja di proyek Piala Dunia 2022 Qatar.

Amnesti Internasional sebenarnya pernah menurunkan laporan seperti ini sejak 2013 silam. Kemudian media Inggris Guardian, menurunkan laporan investigasi nasib buruk para pekerja di Qatar pada pengujung 2014. Laporan serupa kini kembali mencuat.

Komite Piala Dunia Qatar 2022 menyatakan telah melakukan reformasi yang relevan untuk memetakan persoalan yang muncu dalam laporan tersebut sebelum pihak komite mengetahuinya.

Ini termasuk proteksi upah, perbaikan akomodasi, dan sanksi kepada perusahaan yang namanya masuk dalam laporan, termasuk pemberhentian kontrak perusahaan Seven Hills.

"Kami sepenuhnya menolak gagasan bahwa Qatar tak pantas menggelar Piala Dunia."

FIFA masih memberikan dukungan penuh kepada qatar untuk menjadi tuan rumah. Saat ini Qatar mempekerjakan sekitar 5.100 pekerja di kawasan Piala Dunia. Jumlah ini akan mencapai puncaknya menjadi 36.000 pada 2018.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement