REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Di bawah perlindungan ketat, pesepak bola Muslim Gabriel Kadiev melakukan debut bersama klub Israel, Beitar Jerusalem.
Pemain berusia 19 tahun yang berposisi sebagai penghuni lini belakang itu mendapat pengawasan ketat ketika timnya bertanding melawan Bnei Sakhnin di Teddy Stadium, Jerussalem, Senin (10/1) dini hari WIB.
Laga berakhir 2-2. Gabriel Kadiev, masuk pada menit ke-80, dan Zaur Sadayev tidak masuk skuat lantaran mengalami cedera.
Sebelumnya, laga lanjutan Liga Super Israel itu dibayangi ancaman kerusuhan penonton. Fans militan mengirm pesan akan berbuat onar setelah manajemen klub melakukan penandatanganan dengan dua pemain Muslim dari Chechnya.
Ratusan polisi disebar demi mencegah kekerasan yang dilakukan fans Beitar yang dikenal kejam dan bertindak rasis terhadap orang Muslim. Meski begitu, tidak seluruhnya fans Beitar bertindak brutal.
"Saya datang hari ini untuk menunjukkan bahwa tidak semua fans Beitar itu rasis," kata Yair Sina, berusia 49 tahun dikutip Huffington Post. "Saya tidak akan mereka mengambil kecintaan saya kepada tim."
Juru Bicara Kepolisian Jerusalem Micky Rosenfeld, mengatakan sedikitnya 500 polisi dikerahkan untuk menjaga di dalam dan luar stadion demi menegah kerusuhan. Hal itu sebagai antisipasi karena meningkatnya eskalasi ancaman penonton terhadap bergabungnya dua pemain Muslim bersama Beitar. Hingga laga usai, tidak terjadi kerusuhan hebat lantaran sigapnya aparat keamanan.
Tal Moyal, pendukung fanatik Beitar, mengatakan penolakannya terhadap dua pemain Muslim sebagai bentuk perang terhadap prinsip klub.
"Banyak fans menganggap, Muslim itu adalah teroris. Kita adalah ibu kota israel. Muslim tidak dapat mengenakan seragam tim kita," kecam pendukung berusia 22 tahun itu.